Jakarta (ANTARA) -
​​​​​​Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan pebisnis menyerukan pentingnya penguatan kemitraan antara pemerintah dan pihak swasta, serta kolaborasi internasional untuk mengatasi polusi udara.
 
Seruan tersebut disampaikan dalam sebuah sesi bertema "Clean Air Worldwide: Uniting for a Greener and a Healthier Future" saat rangkaian kegiatan Conference of the Parties 28 (COP-28) di Dubai, Uni Emirat Arab.
 
Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan upaya mengatasi polusi udara memerlukan strategi jangka panjang yang menyeluruh karena polusi udara merupakan sebuah tantangan yang muncul setelah melalui akumulasi waktu, seperti hal nya masalah kesehatan.
 
“Polusi udara bisa disamakan dengan masalah kesehatan seperti obesitas, oleh karena itu, seperti halnya obesitas, kita tidak bisa mengharapkan hasil instan melalui pendekatan cepat, seperti berpuasa sehari dan langsung sehat. Kita harus mengubah gaya hidup kita,” ujar Rachmat di Jakarta, Selasa.
 
Menurut dia, polusi udara berasal dari sumber emisi yang sama yaitu aktivitas manusia yang menggunakan tenaga pembakaran seperti transportasi dan industri.
 
"Oleh karena itu, jika kita bisa berkomitmen untuk mengurangi emisi secara komprehensif, maka kita upaya ini dapat membantu mengatasi polusi udara, dan begitu pula dengan sebaliknya,” kata Rachmat.

Baca juga: Kemenko Marves: penanganan polusi udara perlu strategi komprehensif
 
Bersamaan dengan elektrifikasi sektor transportasi, pemerintah juga tengah mendorong dekarbonisasi sektor pembangkit listrik dan mempromosikan pengelolaan limbah ramah lingkungan.
 
Untuk meningkatkan skala implementasi dekarbonisasi tersebut, sesi COP28 ini juga mengidentifikasi berbagai area-area yang berpotensi untuk mendorong inisiatif udara bersih global dan menggalang komitmen sektor swasta.
 
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani menilai transisi menuju ekonomi rendah karbon kini berjalan dengan cepat di Indonesia.
 
Menurut dia, pertumbuhan kendaraan listrik (EV) dan bahan bakar alternatif seperti biofuel atau bioetanol menawarkan peluang untuk menurunkan tingkat polusi udara dan emisi karbon, dan sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di industri hijau.

Baca juga: Heru: Gerakan tanam pohon terus digelar untuk atasi perubahan iklim
"Upaya kolektif yang melibatkan kolaborasi internasional antara pemerintah dan mitra non-pemerintah sangat penting untuk mengatasi tantangan yang mendesak ini, serta menjamin masa depan yang berkelanjutan dan lebih sehat bagi seluruh penduduk dunia," ujar Shinta.

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023