Pneumonia disebabkan karena berbagai hal seperti microplasma, virus, bakteri ataupun jamur
Kota Bengkulu (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu sejak Januari hingga November 2023 telah menangani 86 kasus pneumonia yang menyerang anak-anak di wilayah tersebut.
 
Penanganan tersebut dilakukan Dinkes melalui sejumlah Puskesmas di Kota Bengkulu yang dilakukan secara terpadu sesuai dengan prosedur tetap terkait pengobatan pneumonia.
 
"Kasus pneumonia di Kota Bengkulu tercatat sampai November 2023 mencapai 86 kasus yang terdiri dari anak-anak," kata Pelaksana Tugas (Plt) Dinkes Kota Bengkulu Joni Haryadi Thabrani di Bengkulu, Jumat.
 
Untuk pengobatan pneumonia dk Kota Bengkulu semua masyarakat sudah ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan melalui program pemerintah sehingga secara otomatis pengobatan tersebut dan penyakit lainnya gratis.
 
Oleh karena itu, menurut Joni, dirinya mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Bengkulu untuk kembali menjaga protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan mengkonsumsi makanan yang bergizi.
 
Selain itu, jika ditemukan ditemukan anak-anak yang memiliki ciri-ciri terinfeksi infeksi saluran pernapasan atas maupun batuk dan pilek harus segera diobati dengan mendatangi fasilitas kesehatan terdekat.
Joni menjelaskan, efek kelanjutan dari infeksi saluran pernapasan bagian atas dapat turun ke bagian paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia khususnya pada anak-anak dan lanjut usia (Lansia) di atas 50 tahun.
 
"Pneumonia disebabkan karena berbagai hal seperti microplasma, virus, bakteri ataupun jamur yang bisa menyerang dari organ paru-paru auveoli atau alveolus ada infeksi sehingga ada cairan di paru-paru sehingga menyebabkan sesak dan harus segera diobati karena ada infeksi," ujar dia.
 
Dengan pengobatan dan terapi yang baik dan tepat, pneumonia pada anak akan sembuh, namun jika tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
 
Diketahui, pneumonia memiliki gejala yang hampir sama dengan COVID-19 seperti infeksi yang menyerang sistem pernapasan yang mengakibatkan batuk, demam dan sesak nafas, gejala tersebut juga dapat diperkuat dengan temuan abnormal saat melakukan rontgen dada dan pengambilan foto toraks.

Baca juga: Dinkes Surabaya ambil langkah antisipasi hadapi pneumonia misterius
Baca juga: RSAB Harapan Kita: Puncak kasus pneumonia anak pada November-Januari
Baca juga: RSCM rekomendasikan imunisasi lengkap cegah koinfeksi pneumonia anak

Pewarta: Anggi Mayasari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023