Kuwait City (ANTARA) - Emir Kuwait Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah pada Minggu dikebumikan dalam upacara pemakaman yang dihadiri sejumlah pemimpin dunia untuk memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang dan bertemu dengan penguasa baru negara Teluk itu.

Penggantinya, Sheikh Meshal al-Ahmad al-Sabah (83), terlihat menitikkan air mata saat mengikuti salat jenazah, yang dihadiri para anggota keluarga Al Sabah dan ketua parlemen Kuwait.

Sheikh Meshal sudah menjadi penguasa de facto Kuwait sejak akhir 2021 ketika Sheikh Nawaf yang sudah tak sehat menyerahkan sebagian besar tugasnya.

Ketika secara resmi naik tahta di negara anggota OPEC bercadangan minyak terbesar ketujuh di dunia itu dari saudara tirinya, Sheikh Meshal diperkirakan bakal mempertahankan kebijakan luar negeri yang mendukung kesatuan Teluk Arab, beraliansi dengan Barat, dan berhubungan baik dengan Riyadh, yang menjadi prioritas hubungan Kuwait.

Hanya menjabat tiga tahun sebagai emir, masa jabatan Syekh Nawaf relatif singkat menurut ukuran Kuwait. Dia terganggu oleh kesehatannya yang memburuk. Pendahulunya yang juga kakaknya, Syeikh Sabah al-Ahmad al-Sabah, berkuasa selama 14 tahun dan memajukan kebijakan luar negeri negara Teluk itu selama dua generasi.

Syekh Nawaf dimakamkan di pemakaman Sulaibikhat bersama kerabatnya, setelah disalatkan di Masjid Bilal bin Rabah. Dia meninggal dunia dalam usia 86 tahun.

Abdullah Sabah Al-Mulla, seorang profesor Kuwait berusia 56 tahun, mengungkapkan negaranya telah kehilangan "ayah yang hebat" dalam diri Sheikh Nawaf.

“Dia tidak membedakan dengan dirinya dengan siapa pun. Baginya, semua orang setara," kata Al-Mulla.

Selama 60 tahun Sheikh mengabdi dalam pelayanan publik, termasuk menjadi menteri pertahanan, menteri dalam negeri dan menteri tenaga kerja. Dia juga pernah menjadi wakil panglima garda nasional dan seorang gubernur.

Memberi Penghormatan

Tamu kehormatan dari seluruh dunia, termasuk Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dijadwalkan berada di Kuwait untuk memberikan penghormatan.

Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, via X, mendoakan kesuksesan kepada penguasa baru Kuwait dan menyatakan siap bekerja sama dengan Sheikh Meshal untuk memajukan kerja sama di Teluk.

Syekh Nawaf meninggal dunia pada Sabtu. Dia berusia 83 tahun ketika menjadi emir pada 2020, penguasa tertua yang berkuasa di negara Teluk yang pernah diserang dan diduduki Irak pada 1990 itu.

Di dalam negeri, mendiang emir dianggap sebagai pencipta konsensus yang berupaya memperbaiki hubungan antara parlemen dan pemerintah yang sejak lama tegang, dan memberikan ampunan kepada puluhan pembangkang dan warga negara lain yang menyuarakan kritik.

Eid Abdullah Al Fraih, seorang pensiunan Kuwait berusia 60 tahun, mengaku terpesona oleh kerendahan hati dan kasih sayang mendiang emir. Dia yakin Syekh Meshal akan melanjutkan upaya pendahulunya dalam meningkatkan hubungan antara pemerintah dan parlemen.

“Kuwait akan makmur (di bawah pemerintahannya). Insyaallah, situasi (politik dan ekonomi) akan membaik," kata dia.

Berdasarkan konstitusi Kuwait, emir memilih penggantinya, putra mahkota, tetapi biasanya keluarga penguasa menggelar pertemuan untuk membangun konsensus. Parlemen juga harus menyetujuinya.

Para penguasa negara-negara Teluk lainnya seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dalam beberapa tahun terakhir telah memilih putranya masing-masing sebagai penerus mereka, yang menandakan bahwa kekuasaan selanjutnya dilimpahkan kepada generasi berikutnya dari keluarga penguasa.

Sumber: Reuters

Baca juga: Emir Kuwait Sheikh Nawaf wafat, Sheikh Meshal ditunjuk sebagai penerus
Baca juga: Emir baru Kuwait serukan persatuan nasional jelang pemilu parlemen

 

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023