Saat ini kebutuhan akan hewan ruminansia, khusus sapi impor masih cukup tinggi,....
Jakarta (ANTARA) - Badan Karantina Indonesia (Barantin) bersama Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Jawa Tengah, siap bersinergi untuk memperkuat sistem biosekuriti khususnya pada pemasukan hewan ternak ruminansia asal luar negeri.

"Saat ini kebutuhan akan hewan ruminansia, khusus sapi impor masih cukup tinggi, dan sesuai dengan tusi pengawasan, kami berkolaborasi untuk penguatan sistem biosekuritinya," kata Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin) Sahat M. Panggabean dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Sebelumnya Kepala Barantin melakukan pertemuan dengan General Manager Pelabuhan Tanjung Intan PT Pelindo Hapsoro Nugroho di Cilacap, Jawa Tengah, untuk membahas upaya memperkuat biosekuritas pada pemasukan hewan ruminansia tersebut.

Baca juga: Wamentan dorong Lampung Selatan jadi contoh produksi ternak bermutu

Menurut dia, penguatan pengawasan dan pengendalian potensi penyakit hewan harus diperkuat di "border" atau pintu masuk baik di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas. Kolaborasi antar instansi terkait sangat diperlukan termasuk di Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap.

Pelabuhan yang berada di selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Samudra Indonesia tersebut mampu menampung kapal berkapasitas besar dengan kedalaman -6 hingga -12 MLVS. Dengan lokasi strategis ini, Pelabuhan Tanjung Intan diproyeksikan menjadi tempat pemasukan hewan ruminansia impor di Pulau Jawa.

"Dari pertimbangan strategis, baik jarak, sarana dan prasarana di Pelabuhan Tanjung Intan mencukupi, dan Karantina siap untuk mendukung proses bisnisnya," ujar Sahat.

Sementara itu General Manager Pelabuhan Tanjung Intan PT Pelindo Hapsoro Nugroho  menyambut baik upaya yang dilakukan dari Barantin untuk pengembangan instalasi karantina hewan (IKH) guna penguatan sistem biosekuriti perkarantinaan.

"Saya umpamakan ini bagaikan hujan di musim kemarau, pelabuhan akan kembali ramai paska masa pandemi. Kami siap mendukung penguatan IKH di Cilacap," katanya.

IKH yang berada di area pelabuhan, menurut dia digunakan untuk melakukan pengasingan, pengamatan dan pemeriksaan hewan asal luar negeri selama 10 hingga 14 hari. Pada masa karantina, petugas karantina akan melakukan pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium yang dipersyaratkan guna memitigasi penyakit hewan.

"Dengan adanya IKH di pelabuhan akan memudahkan dalam memitigasi resiko penyebaran penyakit hewan tersebut," katanya.

Baca juga: Pemprov Kalteng sebar ratusan ekor sapi kembangkan sektor peternakan

Pejabat di Satuan Pelayanan Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Pelabuhan Tanjung Intan Dwi Astuti menambahkan saat ini kapasitas IKH di Pelabuhan Tanjung Intan mampu menampung 2.000 ekor sapi, dengan sarana dan prasarana seperti kandang, tempat isolasi dan laboratorium yang sesuai dengan standard biosekuriti.

Diharapkan penguatan kapasitas IKH di Pelabuhan Tanjung Intan dapat mencapai hingga 10.000 ekor sapi sehingga dapat efektif, baik dari sisi bisnis, maupun efektifitas tindakan karantina, sehingga mitigasi risiko dan langkah ini akan memperkuat sistem biosekuriti nasional.

"Ke depan, peningkatan kapasitas guna menjadikan Pelabuhan Tanjung Intan sebagai tempat pemasukan sapi impor masih sangat dimungkinkan dengan perluasan lahan," katanya.

Sejalan dengan instruksi Presiden untuk meningkatkan arus barang dan komoditas di Pelabuhan, Barantin yang bertugas untuk menjamin kesehatan, keamanan dan kelayakan barang dan komoditas asal Hewan, Ikan dan Tumbuhan terus melakukan penguatan teknis perkarantinaan dan kolaborasi dengan instansi terkait.

Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023