Bojonegoro (ANTARA News) - Ribuan warga sekitar sumur minyak Sukowati, Campurejo, Kecamatan Kota Bojonegoro, Jatim, terus dievakuasi ke tempat pengungsian di masjid dan bangunan lainnya yang aman, guna menghindari ancaman gas berbahaya yang menyebar menyusul terbakarnya sumur minyak tersebut sejak memasuki Sabtu (29/7) dini hari. Wartawan ANTARA News yang pukul 03.00 WIB berada di Desa Sambiroto, sekitar satu-setengah kilometer dari kobaran api yang terlihat membentuk bola api raksasa sebesar rumah dan setinggi pohon kelapa, mendapat keterangan setidaknya sudah belasan warga dilarikan ke rumah sakit, diduga akibat menghirup tebaran gas berbahaya dari sumur minyak itu. Belasan warga itu mengalami gejala muntah-muntah dan pusing, diantaranya pingsan, sehingga segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Sosrodoro Djatikoesumo, Bojonegoro. Mobil ambulan terlihat hilir-mudik, selain yang siaga di sekitar lokasi di tiga desa, Campurejo, Sambiroto dan Desa Ngampel. Sementara ribuan warga dari tiga desa di sekitar sumur minyak yang dikelola badan kerjasama operasi (JOB/Joint Operating Body) Pertamina-Petrochina East Java itu, terlihat terus dievakuasi menggunakan sejumlah truk Dalmas Polres Bojonegoro dan sejumlah kendaraan lain, termasuk milik warga sendiri. Lokasi pengungsian menyebar ke sejumlah masjid, rumah warga dan bangunan lainnya yang dinilai lebih aman dari tebaran gas beracun tersebut. "Kami menekankan untuk mengutamakan keselamatan warga, karena itu semuanya, terutama orangtua, wanita dan anak-anak, harus segera dievakuasi ke tempat yang aman. Kalau perlu nanti diungsikan ke lapangan sepakbola," kata Bupati Bojonegoro, Santoso, yang berada di lokasi. Bola api raksasa yang disertai suara gemuruh terdengar hingga beberapa kilometer itu, terlihat tetap membesar, dan belum ada solusi untuk memadamkannya. Sementara mengenai penyebab terjadinya kebakaran, masih akan diteliti dan diselidiki lebih lanjut. "Kami belum bisa memastikan penyebabnya, tunggu penelitian lebih lanjut," ucap Victor S Kelana.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006