Kami, Direktorat Jenderal Pajak menghargai proses hukum yang sedang berlangsung
Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan buka suara soal vonis untuk mantan pejabat DJP Rafael Alun Trisambodo.

Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Dwi Astuti mengatakan DJP menghargai seluruh proses hukum yang berlaku.

“Kami, Direktorat Jenderal Pajak menghargai proses hukum yang sedang berlangsung. Jadi, apa pun putusan hakim, itu adalah memang didasarkan data dan bukti yang ada,” kata Dwi usai media briefing di Jakarta, Senin.

Dwi menegaskan DJP ke depannya terus menjaga nilai-nilai Kementerian Keuangan, Kode Etik DJP, dan konsisten untuk menjaga integritas.

“Siapa pun yang melanggar akan diproses sesuai ketentuan yang berlaku tanpa pandang bulu,” ujar Dwi.

Baca juga: DJP himpun Rp6,76 triliun PPN PMSE sepanjang 2023

Baca juga: DJP sebut tarif efektif PPh Pasal 21 tak ada beban pajak baru


Mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo divonis 14 tahun penjara dan denda sebesar Rp500 juta subsider 3 bulan penjara dalam kasus dugaan gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU).

“Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Rafael Alun Trisambodo dengan pidana penjara selama 14 tahun serta denda sebesar Rp500 juta, jika tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama tiga bulan,” kata Hakim Ketua Suparman Nyompa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jakarta, Senin.

Selain itu, Rafael Alun juga dijatuhi pidana tambahan membayar uang pengganti sebesar Rp10,079 miliar dalam kurun waktu satu bulan pascaputusan berkekuatan hukum tetap, subsider 3 tahun penjara.

Menurut Majelis Hakim, Rafael Alun terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan TPPU, sebagaimana dakwaan kesatu, kedua, dan ketiga JPU KPK. Dengan demikian, Rafael dinyatakan melanggar seluruh pasal yang didakwakan.

Pertama, Rafael melanggar Pasal 12 B jo Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Kedua, Pasal 3 Ayat (1) huruf a dan c Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, sebagaimana dakwaan kedua.

Ketiga, melanggar Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, sebagaimana dakwaan ketiga.

Baca juga: DJP buka suara soal kasus pajak jubir Timnas AMIN

Baca juga: Pemerintah keluarkan ketentuan baru soal pengurangan PBB


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024