Saya sangat khawatir, penangkapan pimpinan Ikhwanul bisa memicu konflik lebih berdarah-darah
Kairo (ANTARA News) - Ditanggapnya Pemimpin Tertinggi Ikhwanul Muslimin, Mohamed Badie, pada Selasa (20/8), membuat krisis keamanan di Negeri Piramida itu semakin tidak menentu.

"Saya harus banyak membeli banyak barang kebutuhan pokok, karena perang saudara sudah di depan mata," kata Rasha Metwally, wanita setengah baya kepada ANTARA di pasar tradisional Rabiah Adawiyah, Kairo Timur, Selasa.

Anggapan senada diutarakan Nadia Abbas, seorang mahasiswi Universitas Al Azhar di Supermarket Sharif.

"Saya dan ibu terpaksa memborong barang. Saya sangat khawatir, penangkapan pimpinan Ikhwanul bisa memicu konflik lebih berdarah-darah,"tutur Nadia berapi-api.

Shaaban Abbas, seorang pelayan Supermarket Sharif, mengakui bahwa beberapa hari terakhir ini barang-barang jualannya cepat ludes diborong orang.

Ketika ditanya apakah barang-barang kebutuhan pokok tersedia? Abbas menjawab, "Bahan-bahan kebutuhan pokok melimpah, cuma harganya meroket."

Banyak kalangan mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perang saudara seperti di Suriah setelah ditangkapnya hampir semua petinggi Ikhwanul Mulsimin, organisasi politik yang pernah berkuasa di Mesir namun kini menjadi musuh utama pemerintah transisi.

Mohamed Badie ditangkap di rumahnya di Madinat Nasser, Kairo Timur, setelah hampir sebulan dinyatakan sebagai "buronan".

Kejaksaan Agung sejak bulan lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Badie atas tuduhan "terlibat" dalam pembunuhan demonstran di depan Markas Besar Ikhwanul Muslimin di Distrik Mokattam, Kairo Selatan, menjelang Presiden Moursi dilengserkan awal Juli lalu.

Gedung Markas Besar Ikhwanul Muslimin itu ludes dibakar massa demonstran pendukung Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fafah Al Sisi.

Aksi penyerangan dan pembakaran Markas Besar Ikhwanul Muslimin itu diduga kuat didalangi oleh aparat polisi dan tentara.

Sebelum dibakar, semua barang inventaris kator pusat Ikhwanul Muslimin itu dijarah massa, mulai dari komputer hingga daun pintu.

Sedikitnya 12 orang tewas akibat bentrokan itu, dan para petinggi Ikhwanul Muslimin dituduh sebagai orang yang bertanggang jawab atas kematian tersebut.

Sebelumnya, para petinggi Ikhwanul Muslimin telah ditangkap seperti mantan Mursyid, Mohamed Mahdi Akef, Wakil Mursyid Khairat Al Shater, dan Saad Katatni, mantan ketua parlemen dan Ketua Partai Kebebasan dan Keadilan--sayap politik Ikhwanul Muslimin.

Sementara itu, bentrokan berdarah-darah antara pendukung Moursi dan aparat keamanan dari tentara dan polisi terus berkobar, yang dalam sepekan terakhir menewaskan sedikitnya 853 orang dan belasan ribu cidera di Kairo dan berbagai provinsi.

Pewarta: Munawar Saman Makyanie
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013