Jakarta (ANTARA) -
HSBC memprediksi perekonomian atau produk domestik bruto (PDB) riil China tumbuh sebesar 4,9 persen pada 2024, dan kawasan ASEAN+6 (China, Jepang, Korea, India, Australia dan Selandia Baru) sebesar 4,7 persen.
 
"Perekonomian di China diperkirakan bertumbuh pada kisaran 4,9 persen, sedikit lebih lambat dibandingkan tahun 2023," kata Chief Asia Economist, Co-head Global Research Asia HSBC Frederic Neumann dalam konferensi pers Asian Outlook 2024 di Jakarta, Selasa.
 
China merupakan negara mitra dagang utama Indonesia dengan menyumbang hampir seperempat dari total ekspor Indonesia. Nilai ekspor Indonesia ke China sepanjang Januari hingga November 2023 mencapai 56,57 miliar dolar AS, turun sekitar 2 persen dari tahun sebelumnya.
 
Frederic mengatakan di China, sektor properti masih akan menjadi hambatan dalam beberapa waktu ke depan, namun masih terdapat potensi pertumbuhan yang didorong oleh dukungan pada sektor-sektor seperti investasi manufaktur.
 
Di Hong Kong, pertumbuhan juga bisa melambat karena dampak dari dibukanya kembali perekonomian Hong Kong memudar. Sebaliknya, Taiwan akan mengalami percepatan yang cukup baik, dibantu oleh normalisasi perdagangan.
 
Menurut proyeksi HSBC, perekonomian atau PDB riil Australia tumbuh 1,5 persen, Selandia Baru 1,9 persen, Jepang 0,8 persen, Bangladesh 5,9 persen, China daratan 4,9 persen, Hong Kong 2,8 persen, India 6 persen, dan Indonesia 5,2 persen.

Selanjutnya, ekonomi riil Korea diperkirakan tumbuh 1,9 persen, Malaysia 4,5 persen, Filipina 5,3 persen, Singapura 2,4 persen, Sri Langka 3,5 persen, Taiwan 3,2 persen, Thailand 3,8 persen, dan Vietnam 6 persen.
 
Jepang meskipun mengalami kemunduran, masih dapat mencapai pertumbuhan di atas tren, dengan ekspansi yang tertahan di beberapa kuartal mendatang sebagian berkat stimulus fiskal yang besar.
 
Korea akan memperoleh manfaat dari angka perdagangan yang lebih besar, namun pertumbuhan ekonomi masih akan tertahan karena penurunan suku bunga berjalan terlalu lambat untuk memberikan dampak signifikan terhadap angka permintaan.
 
Sedangkan Australia dan Selandia Baru yang didukung oleh pasar tenaga kerja yang kuat dan imigrasi yang merata akan mencapai pertumbuhan yang cukup baik, bahkan jika pasar tenaga kerja melemah.
 
India mungkin akan mengalami pertumbuhan yang lambat pada tahun fiskal mendatang, karena inflasi yang tinggi akan menghambat, namun penurunan suku bunga bisa mulai terlihat ketika negara tersebut menyelenggarakan pemilu.
 
Sri Langka pada akhirnya akan mengalami peningkatan pertumbuhan, seiring dengan upayanya untuk keluar dari tantangan-tantangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
 
Di Bangladesh, setelah pemilu, peluang akan terbuka untuk terus melakukan reformasi yang akan menjamin pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dan tangguh dalam beberapa tahun terakhir.
 
Indonesia juga sedang menghadapi pemilu di tengah pertumbuhan yang diperkirakan akan terus berjalan, dan belanja rumah tangga mungkin akan meningkat.
 
Thailand sedang bergulat dengan lemahnya investasi, namun pelonggaran fiskal menawarkan dorongan yang baik. Malaysia juga akan mengalami perbaikan, dibantu oleh stabilnya ekspor.
 
Filipina akan kembali mencatatkan tahun yang mengesankan, dengan mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi kedua di ASEAN, setelah Vietnam yang akan menikmati pemulihan dari tahun 2023 yang penuh tantangan.
 
Sementara itu, Singapura yang lebih rentan terhadap fluktuasi global seharusnya mendapatkan manfaat dari stabilnya permintaan di kawasan.

Baca juga: HSBC perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 capai 5,2 persen

Baca juga: HSBC soroti pentingnya inovasi teknologi dalam transformasi digital

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2024