Banjarmasin (ANTARA) -
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melakukan penggantian ratusan pohon yang mati melalui gerakan revolusi hijau yang digagas Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor untuk penghijauan lahan.
 
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel Fathimatuzzahra di Banjarbaru, Selasa, menyampaikan bahwa gerakan revolusi hijau bertajuk "menanam, menanam, dan menanam untuk anak cucu nanti" terus digelorakan pada 2024.
 
Selain terus melakukan penanaman di lahan kritis, ucap dia, penggantian pepohonan yang mati juga dilakukan.

Baca juga: 511 ribu hektare lahan kritis di Kalsel jadi target revolusi hijau
 
Menurut dia, pihaknya melakukan pemeliharaan pohon sengon dan penggantian tanaman jenis eucalyptus dan tabebuya bersama Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Dishut Provinsi Kalsel di Areal Forest City Perkantoran Gubernur Kalsel di Kota Banjarbaru.
 
"Ada sebanyak 350 bibit jenis tabebuya dan eucalyptus yang ditanam untuk mengganti beberapa tanaman yang mati. Eucalyptus merupakan tanaman kayu putih dan tabebuya dikenal sebagai pohon penghijauan yang mempunyai bunga yang indah," tutur Fathimatuzzahra.
 
Ia mengatakan, aksi pemeliharaan dan penggantian tanaman memang rutin dilakukan untuk menjamin keberhasilan tanaman dan dapat menggerakkan budaya menanam pada masyarakat.

Baca juga: Revolusi Hijau berhasil turunkan ratusan ribu hektare lahan kritis
 
“Keberhasilan penanaman dilihat dari kondisi tegakan yang mempunyai kualitas baik dan sesuai dengan tujuan penanamannya," ujar dia..
 
Penanaman itu, kata dia, bukan hanya penghijauan semata tetapi juga dapat memperbaiki lingkungan.
 
"Mari kita bersama-sama gelorakan gerakan revolusi hijau secara berkelanjutan dan menanamkan kesadaran bahwa setiap batang pohon yang ditanam adalah wujud kepedulian kita terhadap lingkungan," ucap Fathimatuzzahra.

Baca juga: Kalsel rehabilitasi 30 ribu hektare hutan per tahun
 
Gerakan revolusi hijau Kalimantan Selatan, menurut dia, berhasil menghijaukan ratusan ribu hektare lahan kritis sejak digalakkan pada 2017.
 
Berdasarkan data, pada 2013 lahan kritis di Kalsel seluas 640 ribu hektare, sejak dilaksanakan gerakan revolusi hijau dari 2017 hingga 2018 turun menjadi 522 ribu hektare, dan hingga 2022 lahan kritis tinggal 450 ribu hektare.

Pewarta: Sukarli
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024