Tim pendamping keluarga harus menjadi contoh keluarga harmonis yang sakinah, mawaddah, warohmah agar pesan pencegahan stunting yang disampaikan dapat lebih efektif
Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyampaikan Tim Pendamping Keluarga (TPK) harus memberi contoh keluarga bahagia dan sehat karena mereka adalah ujung tombak percepatan penurunan stunting di level masyarakat terbawah.
 
"Tim pendamping keluarga harus menjadi contoh keluarga harmonis yang sakinah, mawaddah, warohmah agar pesan pencegahan stunting yang disampaikan dapat lebih efektif," ujar Hasto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
 
Hal tersebut disampaikan pada sosialisasi "Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja" di Kulon Progo, DI Yogyakarta, pada 21 Januari 2023. 
 
TPK, lanjutnya, diharapkan menjadi garda terdepan dalam menemukan, merujuk, dan mendampingi calon pengantin serta keluarga berisiko stunting.

Baca juga: Tim pendamping keluarga untuk merawat Indonesia yang lebih berkualitas
 
"Tugas ini sangat berat karena harus mengajak kelompok sasaran mau didampingi dan melaksanakan rekomendasi, sehingga mereka pertama-tama harus dapat memberikan contoh sebagai keluarga yang rukun, bahagia, dan hidup sehat," ucapnya.
 
Hasto juga menekankan pola asuh, termasuk pola makan yang diajarkan atau dibiasakan dalam keluarga, sangat berpengaruh dalam menentukan tinggi atau tidaknya angka stunting pada anak.
 
"Oleh karena itu keharmonisan dalam keluarga perlu dijaga karena untuk mengasuh anak, selain ilmu parenting juga diperlukan sosok orang tua yang tenang, bahagia, dan tidak berkonflik. Terkait hal tersebut, kondisi keluarga anggota TPK juga harus bisa menjadi contoh," tutur Hasto.
 
Ia berpesan agar para kader menyampaikan pentingnya pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan, yang sebaiknya juga dilanjutkan hingga 24 bulan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Selain itu penting untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, terutama dari ikan karena mengandung DHA dan Omega 3.

Baca juga: Kepala BKKBN: TPK berperan ubah tiga pola pikir tentang keluarga sehat
 
"Tidak harus yang mahal. Ikan lele yang murah dan mudah didapat justru lebih baik kandungan proteinnya dari daging sapi yang harganya jauh lebih mahal," ucapnya. 
 
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Tenaga Ahli BKKBN RI Riyo Kristian Utomo, yang menyampaikan bahwa upaya bersama untuk mencegah stunting sangat penting.
 
"Saat ini di dunia, stunting menyumbang 16 persen dari total jumlah kematian. Penelitian lain membuktikan, pasien yang saat lahir stunting lebih rentan mengalami gangguan organ jantung," ujar Riyo.
 
Ia mengapresiasi BKKBN yang mencegah stunting dari hulu dengan pemeriksaan atau skrining kesiapan calon pengantin sejak dini melalui aplikasi Elektronik siap nikah dan siap hamil (Elsimil).
 
"Sangat penting untuk memutus mata rantai kebiasaan hidup yang dapat menyebabkan risiko stunting," ucapnya.

Baca juga: BKKBN: Kunci penurunan stunting terletak pada peran TPK

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024