Buenos Aires (ANTARA News) - Tokyo dan Istanbul, Kamis waktu setempat atau Jumat WIB ini berusaha memupus kekhawatiran bocornya PLTN Fukushima dan dampak krisis Suriah akan merusak kampanye mereka menjadi tuan rumah Olimpiade 2020, di tengah pacuan menjadi tuan rumah Olimpiade memasuki hari-hari terakhir.

Sebaliknya, Madrid lebih tenang, dan dipromosikan superstar bola basket Pau Gasol yang meski dilahirkan di Barcelona namun berjuang mempromosikan ibukota Spanyol ini.

Nasib ketiga kota ini akan ditentukan Sabtu waktu setempat nanti atau Minggu lusa WIB.

Madrid yang hanya menempati urutan ketiga dan kedua pada kampanye mereka untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2012 dan 2016, berharap beruntung pada pencalonan yang ketiga kalinya ini.

Tokyo sedang mengejar sukses keduanya bagi penyelenggaraan turnamen ini setelah tahun 1964. Sementara jika Istanbul yang menang, maka akan membuat Turki menjadi negara muslim pertama yang menjadi tuan rumah Olimpiade.

Nasib ketiga kota ini ada pada elektorat dari anggota Komite Olimpiade Internasional  (IOC) yang terkenal susah diprediksi dan 98 di antaranya berhak bersuara pada putaran pertama.  Kota-kota anggota IOC yang mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade tidak memiliki hak suara.

Tokyo terus saja dihantui kabar mengenai PLTN Fukushima yang bocor gara-gara tsunami dan gempa bumi dua tahun lalu yang membuat 18.000 orang mati.

Kabar buruk terakhir menyebutkan bahwa air radioaktif tinggi telah bocor dari sebuah tangki penampungan dan mungkin mengalir ke tepi Samudera Pasifik.

Namun sejumlah atlet terkenal Jepang termasuk Direktut Olah Raga Yuko Arakida meyakinkan bahwa menjadi tuan rumah Olimpiade akan menyemangati generasi muda yang menjadi korban tsunami dan gempa bumi silam.

"Intinya kami ingin masalah ini teratasi secepatnya," kata dia. "Kami menyampaikan pandangan masyarakat Fukushima namun kami berharap dengan menuanrumahi Olimpiade, akan membawa ilham dan semangat kepada anak-anak di wilayah itu."

Sementara ketakutan bahwa konflik Suriah akan mengikis dukungan untuk Istanbul, sementara empat anggota IOC menyatakan hal itu tak akan berpengaruh.

"Peristiwa yang terjadi sekarang turut berperan (berpengaruh) namun dunia selalu berubah dan siapa yang tahu keadaan itu akan terjadi tujuh tahun nanti. Ini adalah suara untuk masa depan, bukan hanya demi saat ini," kata Wakil Presiden IOC Ng Ser Miang kepada AFP.

Ketua kampanye pencalonan Istanbul Hasan Arat mengaku tidak khawatir karena keputusan mengenai apa yang terjadi di Suriah terletak pada pundak orang-orang seperti Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.

"Saya kira ini adalah persoalan yang dibahas dan diputuskan para pemimpin politik pada KTT G20 di St Petersburg, Rusia," kata Arat, yang membawa serta para mahasiswa Istanbul berusia 25 tahun sebagai simbol masa depan negaranya.

"Saya kira mereka akan mendapatkan solusi mengenai masalah itu. Masih ada waktu tujuh tahun lagi untuk Olimpiade 2020 dan ini adalah semacam kesempatan besar untuk kawasan (Timur Tengah), bagi Gerakan Olimpiade dan untuk kaum muda di kawasan ini.  Saya sangat optimistis."

Sementara Gasol yang meraih medali perak Olimpiade 2008 dan 2012 serta pembawa bendera Spanyol pada seremoni Olimpide tahun lalu, melambangkan keengganan Madrid untuk menyerah begitu saja.

Mereka berjuang menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kemampuan negaranya menuanrumahi Olimpiade nanti di tengah melesunya perekonomian Spanyol namun sedang memperlihatkan sejumlah kemajuan pada beberapa hal.

"Seluruh Spanyol bergembira," kata bintang bola bakset berusia 33 tahun yang memperkuat Los Angeles Lakers.

"Kami akan menunjukkan kepada semua orang bahwa kami mempunyai mimpi dan untuk itu kami tak akan melemparkan handuk atau menyerah, yang mana adalah sangat penting. Pencalonan kami sangat kuat dan bebas risiko," kata Gasol seperti dikutip AFP.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013