Jakarta (ANTARA) - Aktor senior Lukman Sardi menyebut manfaat dari lokakarya (workshop) akting yang digelar sebelum syuting film horor "Kuasa Gelap" adalah memberikan kemampuan menginterpretasikan adegan terkait tokoh Romo Rendra dalam jalan cerita yang dibangun oleh sutradara.

"Kalau aku boleh menilai sedikit, memang Romo Rendra ini lebih senior dan cukup menjalani banyak hal di pengusiran setan (eksorsisme). Lalu Romo Rendra ini mencoba membuat regenerasi melalui karakter Romo Thomas (diperankan oleh Jerome Kurnia)," kata Lukman saat konferensi pers film horor terbaru Produksi Ideosource Entertainment dan Paragon Pictures di Jakarta Selatan, Senin.

Lukman mengatakan adanya lokakarya (workshop) para aktor yang dilakukan dengan bimbingan pastor membuat para aktor dan aktris dalam film "Kuasa Gelap" bisa menginterpretasikan ritual pengusiran setan yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.

Selain itu, proses membaca naskah (reading) dan diskusi secara bersama-sama dan dengan intens membahas setiap adegan terkait jalan cerita dan latar belakang karakter turut mempengaruhi interpretasi tersebut.

Baca juga: Freya JKT48 debut akting di layar sinema film horor "Kuasa Gelap"

Lukman mencontohkan, ketika pastor pembimbing menginformasikan bahwa ada penelaahan yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh Romo, sewaktu ada orang yang mau datang berobat kepadanya.

"Kata Romo, dia tidak bisa langsung menerima, langsung klaim kalau kejadian itu pasti ulah setan, tidak bisa. Karena dia perlu menelaah dulu, bisa jadi itu bukan masalah eksorsisme, tapi masalah psikologis," kata Lukman.

Dengan lokakarya akting, maka adegan terkait Romo Rendra dalam "Kuasa Gelap" diharapkan dapat lebih diterima oleh penonton film tersebut.

Demikian juga setiap pemeran dalam film tersebut, menurut Lukman, mereka pasti menjadi tahu tentang tanggung jawabnya sendiri-sendiri terkait adegan bagaimana yang bisa membangun perasaan saling terhubung antara tokoh di cerita filmnya dengan penonton.

Sehingga pesan di dalam film tersebut mampu tersampaikan dengan baik.

Baca juga: Film horor Indonesia menarik di pasar film internasional

Film "Kuasa Gelap" juga menjadi debut akting anggota grup idola dari generasi ketujuh JKT48 Raden Rara Freyanashifa Jayawardana atau akrab dipanggil Freya di layar sinema.

"Freya JKT48 akan memerankan tokoh Cilla," kata Produser film "Kuasa Gelap" Robert Ronny.

​​​Robert mengatakan pihaknya memang sengaja mengundang bintang-bintang film muda baru untuk meregenerasi sumber daya perfilman tanah air guna mendukung pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
 
"Di film ini selain Freya, juga ada Lea Ciarachel yang ikut berperan. Lea ini sudah kami ikutkan casting film ini dari dua tahun lalu untuk memerankan tokoh Kayla," kata Robert.
 
Robert optimistis Lea dan Freya dapat memberikan nuansa segar dan dapat menjadi bagian penting dalam industri film Indonesia ke depannya karena bakat akting mereka yang luar biasa.
Setelah pengumuman perdana pada Mei 2023, film ‘Kuasa Gelap,’ akan segera memulai proses pengambilan gambar pada 10 Februari 2024 di sekitaran Jabodetabek dan sekitarnya.
 
Dengan arahan sutradara Bobby Prasetyo, ‘Kuasa Gelap’ akan mengangkat tema eksorsisme dengan latar belakang agama Katolik, mengisahkan perjalanan seorang pastor yang meragukan imannya dan mendapati dirinya harus terlibat dalam pengusiran setan yang menguasai seorang remaja.
 
Bobby kepada wartawan di kawasan Kemang, Jakarta, memastikan karakter Cilla yang diperankan Freya JKT48 tidak akan mendapat bagian peran dikuasai setan (kerasukan) dalam film ini.

Saat pengumuman pada Mei 2023 lalu, film ‘Kuasa Gelap’ menggaet tiga aktor ternama, yakni Jerome Kurnia (memerankan Romo Thomas), Lukman Sardi (memerankan Romo Rendra), dan Astrid Tiar (memerankan seorang ibu yang bernama Maya).
 
Produser film "Kuasa Gelap" Arvin Sutedja mengatakan kisah film ‘Kuasa Gelap’ itu terinspirasi dari kisah nyata pengusiran setan (eksorsisme) di Indonesia.
 
Karena itu, tahap produksi film, mulai dari riset, pengembangan naskah, persiapan syuting, hingga proses pengambilan gambar dilakukan lewat serangkaian tahapan autentikasi dengan cerita sebenarnya, penjagaan terjemahan bahasa latin, dan lain-lain.
Mulai dari ke Pontianak, Kalimantan Selatan untuk menghadiri konferensi eksorsisme pertama di Indonesia, observasi dengan mempelajari ritual eksorsisme di Solo, serta melakukan audiensi dengan Keuskupan Agung Jakarta dalam persiapan praproduksi.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024