Kupang (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan observasi klinis ternak babi di 19 kecamatan di wilayah itu sebagai langkah antisipasi dan pencegahan terhadap penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika.
 
"Kami melakukan observasi klinis di 19 kecamatan untuk meningkatkan deteksi dini," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur drh Vianey Kiti Tokan dari Larantuka, Flores Timur, Selasa.
 
Menurut di, observasi klinis merupakan langkah pengamatan gejala terhadap suatu penyakit.
 
Dalam pencegahan ASF, kata dia, petugas melakukan pengamatan gejala di suatu tempat untuk melihat babi menunjukkan gejala yang mengarah ke ASF atau tidak.
 
Penyakit ASF memiliki tanda klinis seperti demam tinggi, depresi, tidak mau makan, kemerahan di telinga, perut, dan kaki, serta keguguran pada induk yang bunting, dan kematian dalam waktu 6-13 hari.
 
Selain itu, babi juga mengalami muntah, diare, dengan tingkat kematian babi dapat mencapai 100 persen.

Baca juga: Pemkab Sikka imbau peternak babi jalankan biosekuriti cegah ASF
 
Pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten Flores Timur ini menegaskan pentingnya observasi klinis untuk pencegahan ASF.
 
Dengan observasi klinis yang tepat, pihaknya dapat mengambil langkah penanganan selanjutnya terhadap babi yang sudah bergejala ASF.
 
Ia menjelaskan beberapa langkah lain yang dilakukan oleh dinas setempat yakni peningkatan kesadaran masyarakat untuk penerapan biosekuriti yang ketat.
 
Selain itu, juga memperketat pengawasan di beberapa titik pengecekan lalu lintas, seperti pengawasan di Desa Adabang dan Boru di wilayah perbatasan antara Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
 
Penjagaan di titik pengecekan dilakukan dengan memeriksa fisik hewan dan dokumen hewan yang dilalulintaskan.
 
Langkah berikutnya yang dilakukan untuk mencegah penyebaran ASF yakni memberikan bantuan disinfeksi bagi peternak.
 
"Kami juga lakukan peningkatan kewaspadaan dan pengawasan untuk petugas pusat kesehatan hewan," ucapnya.

Baca juga: Pemkab Flores Timur imbau warga cegah penyebaran penyakit ASF
 
Pemerintah Kabupaten Flores Timur telah mengeluarkan surat imbauan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak sebagai langkah pencegahan penyakit ASF.
 
Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi dalam surat imbauan resmi yang diterima di Kupang, meminta warga agar meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak babi dan produk olahan babi antarkabupaten, kecamatan, kelurahan, dan desa melalui darat, laut, dan udara, serta melalui jalan resmi dan tidak resmi.
 
Imbauan itu dikeluarkan sehubungan dengan kejadian kasus kematian babi akibat penyakit ASF di Kabupaten Sikka.
 
Ia mengimbau warga agar wajib melaporkan informasi kesakitan dan kematian babi secepat-cepatnya pada petugas Pusat Kesehatan Hewan setempat atau Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur.
 
Doris juga menegaskan bahwa setiap ternak babi atau produk asal babi yang didatangkan dari luar wilayah Flores Timur wajib mendapatkan rekomendasi dari dinas teknis setempat.

Baca juga: Pemkab Lembata larang warga membawa ternak babi dari luar daerah

Adapun data kematian babi karena ASF di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2023 sebanyak 251 ekor.

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024