Jakarta (ANTARA) - Vihara tertua di Jakarta, yakni Vihara Dharma Bakti di Jalan Kemanggisan III, RT 03/01, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, masih sepi pengunjung menjelang Tahun Baru Imlek 2575 pada 10 Februari 2024.

Pengurus Vihara, Ayn (45) mengatakan bahwa dibandingkan menjelang Tahun Baru Imlek pada tahun lalu, pengunjung Vihara, baik yang untuk beribadah atau sekadar berkunjung terbilang sepi tahun ini.

"Dibanding tahun lalu, sekarang (jelang Tahun Baru Imlek) sepi orang sembahyang, pengunjung juga," kata Ayn saat ditemui di sela-sela kesibukannya mempersiapkan perayaan Tahun Baru Imlek 2575 pada Jumat.

Ayn mengatakan bahwa menjelang Imlek tahun sebelumnya, umat Buddha yang datang beribadah bisa mencapai 500 orang, sementara pada tahun ini hanya sekitar 100 orang.

"Kalau yang sembahyang jelang Imlek tahun-tahun sebelumnya itu bisa 500an orang, sekarang hanya 100-an orang," ujar Ayn.

Baca juga: Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin tetap merayakan Imlek di tahun politik

Selain itu, lilin berukuran raksasa yang biasanya disiapkan hingga 50 batang, kini hanya ada sekitar 30 batang. "Biasanya banyak, sampai 50 batang gitu. Sekarang cuma 30-an batang," kata Ayn.

Kondisi di vihara yang dibangun pada 1650 M tersebut, kata Ayn, kemungkinan akan berubah pada Jumat (9/2) atau Sabtu (10/2). "Mungkin besok sama lusa itu ramai. Kan itu perayaannya (Imlek)," kata Ayn.

Di lokasi, beberapa pengunjung melakukan ibadah di salah satu Dhammasala, yakni tempat kebaktian umat yang bisa dimasuki masyarakat umum.

Sebagian membakar garu atau semacam lidi yang digunakan untuk ibadah. Kebanyakan dari mereka adalah kaum lansia.

Di luar Dhammasala, beberapa orang melakukan pemberian persembahan kepada leluhur berupa sejumlah makanan dan melakukan pembakaran kardus-kardus berisi baju, celana, uang dan beberapa barang lainnya.

Baca juga: Ancol targetkan 300 ribu wisatawan pada libur Imlek dan Isra Mikraj

Salah satunya adalah Meina (59), wanita asal Pluit, Jakarta Utara. Ia mengatakan bahwa tradisi tersebut rutin dilakukannya setiap tahun untuk menghormati leluhur.

"Kita buat ini untuk menghormati leluhur. Sebenarnya bisa di rumah sendiri, tapi bisa juga di vihara," kata Meina.

Ia percaya makanan, pakaian serta uang yang dipersembahkan dalam tradisi tersebut dapat menjadi bekal bagi para leluhur yang telah meninggal.

"Ya ini buat mereka ya, makanan, pakaian, ada uang juga. Jadi doanya kita diberkati kesehatan dan umur panjang," kata Meina.

Sejumlah pengunjung juga duduk di lorong vihara. Menurut Ayn, mereka menunggu angpao dari pengunjung. "Mereka duduk nunggu angpao. Mereka enggak ganggu," kata Ayn.

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024