Kalau hanya mengandalkan mekanisme pasar, kayaknya akan sulit bisa berkembang produk-produknya yang sirkular ini
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengembangan Standard Agro Kimia Kesehatan dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional (BSN) Heru Suseno menyatakan produk berbasis ekonomi sirkular sulit berkembang jika hanya mengandalkan mekanisme pasar.

“Kalau hanya mengandalkan mekanisme pasar, kayaknya akan sulit bisa berkembang produk-produknya yang sirkular ini,” ucap Heru Suseno dalam Forum Rencana Aksi Ekonomi Sirkular yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis.

Karena itu, pihaknya menganggap perlu adanya insentif yang harus diberikan kepada pelaku ekonomi sirkular, seperti sektor industri, mengingat perusahaan membutuhkan modal lebih besar untuk memproduksi barang tersebut.

Perusahaan yang mengambil bahan dari hasil daur ulang, misalnya, belum tentu bisa bersaing dengan produk yang bukan hasil daur ulang karena secara ekonomis lebih mahal.

Baca juga: Pemerintah Jerman apresiasi rencana aksi ekonomi sirkular Indonesia

Baca juga: Kemenperin sebut ekonomi sirkular kunci pengembangan industri hijau


“Maka menurut kami, bagaimana insentif (yang diberikan untuk produk-produk berbasis ekonomi sirkular) harus juga dijalankan,” ujar dia.

Dalam kesempatan itu, Heru juga menyampaikan tantangan lain yang perlu diatasi untuk mengembangkan ekonomi sirkular di Indonesia, yakni memantik kesadaran dari masyarakat terkait kelayakan penggunaan produk sirkular.

Dia menilai sebagian elemen masyarakat mungkin memiliki keraguan terhadap berbagai produk sirkular yang belum tentu nyaman atau aman untuk digunakan kendati barang-barang tersebut diolah secara berkelanjutan (sustainable).

Terkait tantangan terakhir ialah mengenai upaya mendorong sektor industri agar mau mengimplementasikan standar-standar di bidang ekonomi sirkular yang sudah dibuat oleh BSN.

Di dalam International Organization for Standardization Techincal Comitte (ISO TC 323), lanjutnya, pengembangan standar-standar di bidang ekonomi sirkular sedang gencar dilakukan, termasuk dari BSN yang turut serta dalam upaya tersebut.

Namun, melihat kebutuhan di Indonesia, kecenderungan sektor industri untuk mengacu standar itu dalam rangka menghasilkan produk-produk ekonomi sirkular, misalnya produk daur ulang kertas, masih sangat kecil.

“Tantangan juga bagi kami setelah kita membuat standar, itu kan harusnya ada yang mengimplementasikan, bagaimana dari sektor industri sendiri juga mau menerapkan ini. Kembali tadi ke insentif juga, apakah industri yang sudah, yang mau mengimplementasikan standar ini, kemudian mendapatkan insentif, sehingga dia akan secara sukarela dengan keinginan yang kuat untuk mau menerapkan ini,” ungkap Heru.

Baca juga: Bappenas: Ekonomi sirkular pilar utama menuju Indonesia Emas 2045

Baca juga: Ekonomi sirkular akan berkontribusi 35 persen pengurangan karbon


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024