He knows better (ia tahu lebih baik). Masa' mau tanya Eyangnya terus."
Batam (ANTARA News) - Presiden RI periode 1998-1999, Bacharuddin Jusuf Habibie, mengaku selalu rindu Batam, kota pulau yang ikut dibangunnya mulai dari gudang Pertamina hingga menjelma menjadi kawasan industri bergengsi di Asia Pasifik.

"Saya sangat merindukan Batam," kata Habibie sambil tersenyum kepada ratusan warga Batam yang menantinya dalam silaturahmi di Batam, Minggu.

Mantan Ketua Otorita Batam itu pun meminta maaf kepada warga Batam karena sudah lama tidak mengunjungi Batam.

"Saya tidak ke sini bukan karena tidak mau, tapi karena keadaan tidak mengizinkan," katanya.

Selama 20 tahun memimpin Batam, Habibie tidak lupa sejarah pembangunan Batam. Mulai dari hanya menjadi gudang Pertamina pada era awal 1970, hingga penetapan Keputusan Presiden (Keppres) pada 1978 dan berkembang menjadi kota metropolitan sekarang ini.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi itu pun bercerita saat pertama kali ditawari menangani Batam oleh Presiden Soeharto.

Ia memberikan syarat, yaitu tidak hanya membangun Batam untuk gudang Pertamina, melainkan mengembangkannya menjadi kawasan baru.

"Saya hanya mau kalau lokasi strategis dimanfaakan untuk kepentingan nasional," kata penulis buku laris "Habibie dan Ainun" itu.

Meski perkembangan Batam saat ini berbeda dari bayangan dan rencana induknya sekira 40 tahun lalu, namun Habibie tidak kecewa.

Bagi ayah dua putra itu, semua kebijakan yang dibuat pemimpin Batam saat ini harus dihargai, karena sudah disesuaikan dengan kondisi saat ini.

"He knows better (ia tahu lebih baik). Masa' mau tanya Eyangnya terus," kata Habibie.

Dalam kunjungan seharinya dalam silaturahmi yang diadakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Batam itu, Habibie pun menyempatkan diri bertemu dengan jajaran pejabat dan staf Otorita Batam yang kini menjelma menjadi Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Kepada sekira 30 karyawan tersebut, Habibie pun meminta mereka untuk bekerja profesional.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013