Lombok Tengah, NTB (ANTARA) -
Sebanyak 1.100 kader posyandu Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menggencarkan edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta pemberian imunisasi lengkap guna mencegah kasus kematian anak usia di bawah 5 tahun akibat pneumonia.

Ketua Kader Posyandu Mawar 1, Desa Kerembong, Lombok Tengah, Marsidah mengatakan ia bersama kader posyandu lainnya lebih dulu mendapatkan pelatihan dari Yayasan Save the Children Indonesia agar dapat memberikan penyuluhan yang komprehensif dan efektif ke setiap keluarga di lingkup kerja masing-masing.
 
Tiang (saya) dan 1.100 kader posyandu lain dapat informasi dulu dari Yayasan Save the Children Indonesia seputar masalah kebersihan, imunisasi, termasuk bahaya pneumonia baru kemudian tiang dikasih pelatihan supaya bisa menyampaikan dengan benar kepada ibu-ibu di sini,” kata Marsidah di Desa Kerembong, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin.

Baca juga: Save the Children beri advokasi dan edukasi tekan kasus pneumonia anak

Untuk wilayah Kecamatan Janapria, ia bersama para kader posyandu dari delapan desa menerima pelatihan tersebut sebanyak tiga kali yang dilaksanakan di Puskesmas Langko.
 
Usai menerima pelatihan langsung dari tenaga kesehatan di tingkat puskesmas, ia menambahkan Yayasan Save the Children Indonesia juga membekali para kader posyandu dengan kartu bergambar, poster, buku saku serta alat bantu peraga lainnya guna mendukung kegiatan edukasi, baik yang dilakukan terpusat di posyandu maupun kunjungan ke setiap rumah warga.
 
Sejak gencarnya edukasi mengenai PHBS serta pemberian imunisasi lengkap, Marsidah menerangkan ada perubahan baik pada perilaku keluarga di Kabupaten Lombok Tengah, khususnya di Desa Kerembong yang menjadi wilayah pantauannya.
 
Tiang amati dulu ibu-ibu malas bawa anaknya ke posyandu, bahkan kurang peduli pada imunisasi, sekarang ada kemajuan karena mereka rajin sebulan sekali ke posyandu, mau anaknya diberikan imunisasi dasar, bahkan mendapatkan imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) secara lengkap,” jelasnya.

Baca juga: Kemenkes: 95 persen anak Indonesia harus sudah imunisasi
 
Ia juga menyebutkan perubahan perilaku itu terlihat melalui kesadaran para ibu mengenai status kondisi kesehatan anak, mulai dari pemeriksaan bila anak mengalami keluhan sakit yang sama lebih dari tiga hari hingga pemenuhan gizi seimbang yang terlihat melalui kondisi berat badan anak.
 
Pada kesempatan yang sama, Chief of Partnership Strategic & Program Operation Save the Children Indonesia Erwin Simangungsong mengatakan pneumonia memang masih menjadi penyebab tingginya angka kematian pada anak usia di bawah 5 tahun, dengan persentase nasional sebesar 12.5 persen pada tahun 2022.
 
Oleh karena itu, ia bersama Save the Children Indonesia melalui program Fighting Against Childhood Pneumonia (FACP) berupaya untuk menekan angka kasus tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan tiga kali lipat cakupan imunisasi PCV untuk anak usia dibawah dua tahun, sebagaimana tercapai di Kabupaten Lombok Tengah pada Desember 2023.
 
“Dengan dukungan dari Charles Monat Associates, pemerintah setempat dan 1100 kader posyandu, kami berjuang bersama untuk memastikan agar tidak ada anak yang meninggal karena penyakit yang dapat dicegah seperti Pneumonia.” jelasnya.

Baca juga: Masyarakat diimbau terapkan PHBS cegah mycoplasma pneumonia

Baca juga: Gejala pneumonia anak umumnya diawali demam, batuk atau pilek

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024