Lombok Tengah (ANTARA) -
Ketua Kader Posyandu Mawar 1, Desa Kerembong, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) Marsidah mengatakan bahwa edukasi seputar gejala dan penanganan pneumonia efektif menekan angka kasus kematian anak usia di bawah 5 tahun akibat penyakit infeksi saluran pernapasan tersebut.
 
Pasalnya, edukasi yang dilakukan oleh 1.100 kader posyandu dengan dibantu oleh Yayasan Save the Children Indonesia berhasil mengubah pemahaman mengenai pneumonia sekaligus perilaku hidup masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah.
 
"Dahulu itu kalau ada warga yang anaknya batuk-batuk akibat pneumonia, mengiranya pasti faktor keturunan, jadi dibiarkan begitu saja karena yakin akan sembuh dengan sendirinya," kata Marsidah di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin.
 
Pemahaman yang demikian, lanjut dia, membuat anak penderita pneumonia kerap kali mendapatkan penanganan yang terlambat sehingga sedikit yang dapat diselamatkan.
 
Namun begitu, kondisi tersebut berubah semenjak ada edukasi dan penyuluhan, baik yang dilakukan terpusat di posyandu maupun kunjungan ke setiap rumah.
 
Warga di Kabupaten Lombok Tengah kini lekas melapor ke unit kesehatan terdekat dari rumahnya jika ada anggota keluarga, khususnya anak-anak yang mengalami batuk berkepanjangan, demam berulang, muntah, atau diare lebih dari 3 hari.
 
"Jadi, sekarang kalau sudah batuk-batuk 3 hari saja, mereka sudah mengerti harus segera berobat ke posyandu atau puskesmas terdekat. Dahulu itu sebelum ada edukasi dari Save the Children Indonesia, sudah batuk sebulan saja mereka tidak periksa," ungkapnya.

Dengan demikian, warga dengan gejala penyakit pneumonia yang mayoritas adalah anak usia di bawah 5 tahun dapat menerima pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin.
 
Bukan hanya itu, dia juga mengatakan bahwa mayoritas warga kini telah memiliki kesadaran mengenai pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta pemberian imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) secara lengkap sebagai langkah pencegahan penyakit pneumonia.
 
Pada kesempatan yang sama, dokter sekaligus Head of Public Health Save the Children Indonesia Firda Yani mengatakan pneumonia masih menjadi penyebab tingginya angka kematian pada anak usia di bawah 5 tahun dengan persentase nasional sebesar 12,5 persen pada tahun 2022.
 
Dengan angka yang demikian tinggi, lanjut dia, Provinsi NTB masuk dalam daftar 10 provinsi dengan kasus pneumonia pada anak tertinggi senasional, sementara Kabupaten Lombok Tengah menjadi satu dari delapan kabupaten di Provinsi NTB yang menyumbang angka kasus secara signifikan.
 
Ia menerangkan bahwa kondisi ekonomi yang sulit, pola hidup yang kurang bersih dan sehat, serta kurangnya pemahaman orang tua mengenai pemberian imunisasi dasar maupun imunisasi PCV secara lengkap pada anak menjadi beberapa faktor yang memengaruhi tingginya angka kasus pneumonia pada anak di Lombok Tengah.
 
Oleh karena itu, dia bersama Save the Children Indonesia melatih 1.100 kader posyandu untuk dapat memberikan edukasi yang komprehensif dan efektif ke setiap keluarga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga masing-masing, termasuk pemberian informasi mengenai gizi seimbang, ajakan untuk pemeriksaan rutin ke posyandu hingga pemberian vaksinasi dasar, dan PCV lengkap pada anak.

Baca juga: Kader Posyandu di Lombok Tengah terus gencarkan PHBS dan imunisasi
Baca juga: WIKA Menggelar Seminar Peduli Stunting Bersama 6.400 Kader Posyandu dan Orang Tua

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024