Angka deflasi ini cukup memberikan sedikit penyegaran atas tingginya inflasi yang terjadi beberapa bulan belakangan ini terutama sebagai dampak dari dinaikannya harga jual BBM bersubsidi oleh pemerintah,"
 Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statisik (BPS) mengumumkan bahwa sepanjang sepanjang September 2013 lalu terjadi penurunan tingkat harga atau deflasi sebesar 0,35 persen.

"Angka deflasi ini cukup memberikan sedikit penyegaran atas tingginya inflasi yang terjadi beberapa bulan belakangan ini terutama sebagai dampak dari dinaikannya harga jual BBM bersubsidi oleh pemerintah," kata anggota Komisi XI DPR RI, Arif Budimanta, kepada ANTARA News, Jakarta, Rabu.

Menurut BPS, deflasi utamanya disebabkan oleh turunnya indeks harga bahan sebesar 2,88 persen.

Menurutnya, deflasi ini sedikit melegakan tetapi belum menggembirakan. Sebab, kenaikan harga dalam beberapa bulan sebelumnya memang sangat tinggi bahkan terlalu tinggi jadi jika terjadi deflasi 0,35 persen tidak signifikan dalam mengurangi beban masyarakat akibat inflasi bulan-bulan sebelumnya yang mencapai 7,94 persen (Januari-Agustus).

"Jadi kita jangan terjebak dengan ilusi deflasi September tersebut, karena angka deflasi itu jika kita membandingkannya dengan tingkat harga bulan sebelumnya, tetapi jika kita bandingkan dengan tingkat harga tahun sebelumnya (September 2012) maka yang terjadi adalah inflasi sebesar 8,4 persen," kata politisi PDI Perjuangan.

Begitu juga ketika kita merinci tingkat harga bahan makanan, jika kita bandingkan dengan bulan sebelumnya terjadi deflasi harga pangan sebesar 2,88 persen, tetapi jika kita bandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu ternyata yang terjadi adalah inflasi yang cukup spektakuler yakni 12,84 persen.

"Kami mengingatkan pemerintah agar tetap fokus menjaga inflasi karena tantangan inflasi pada 3 bulan terakhir menjelang akhir tahun ini cukup besar dan serius. Pertama seperti tahun-tahun lalu, penyerapan anggaran pada triwulan keempat selalu fantastis bahkan hampir mencapai separuh dari total belanja, kedua pada triwulan terakhir kita juga akan menghadapi Natal dan tahun baru yang tentu akan mendorong inflasi," kata Arif menambahkan.(*)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013