... memerlukan perhatian dan peran serta semua pihak... "
Denpasar (ANTARA News) - Ada keuntungan tidak langsung dari penyelenggaraan seri KTT APEC 2013 di Bali, 1-8 Oktober ini; yaitu mempromosikan seni budaya Bali kepada dunia secara lebih langsung. 

Di ranah pariwisata Indonesia, Bali sudah jadi lokomotif utama, yang perlu diikuti gerbong-gerbong lain dari seluruh Tanah Air. Bukankah terlalu banyak kawasan lain di negara kita yang tidak kalah indah dan unik sehingga layak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara?

Jikapun ada "masalah", itu adalah, "Pelaku-pelaku seni di tingkat bawah, baik para seniman maupun perajin seni yang menghasilkan berbagai jenis cinderama yang dibeli oleh turis menikmati hasil yang sangat kecil," kata dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, Dr I Gusti Made Ngurah, di Denpasar, Kamis.

Dia mengatakan, padahal aktivitas seni budaya maupun hasil kerajinan yang ditekuni masyarakat bawah itu sangat dinikmati wisatawan dengan mengeluarkan uang yang cukup besar.

"Perantara-perantara yang justru mengambil keuntungan sangat besar tanpa mempedulikan pelaku-pelaku seni," ujar Made Ngurah.

Ia mencontohkan, benda-benda seni yang dijual toko oleh-oleh maupun toko penjual cindera mata sangat mahal yang mampu memperoleh keuntungan berlipat ganda, sementara pekerja seni dibayar sangat murah.

"Kondisi yang demikian memerlukan perhatian dan peranserta semua pihak, jika kondisi itu dibiarkan berlanjut, dkhawatirkan akan mengurangi mutu seni budaya Bali maupun semakin rendahnya mutu cindera mata," ujar Gusti Made Ngurah.

Untuk itu perlu perhatian para pengambil kebijakan, agar seni budaya Bali yang menjadi daya tarik wisatawan mendapat perhatian, sehingga pelaku-pelakunya mendapat imbalan yang lebih wajar.

Demikian pula pelaksanaan KTT APEC di Bali dapat dinikmati masyarakat sampai di kelas bawah, termasuk dalam memenuhi kebutuhan pangan selama delegasi berada di Bali mengutamakan hasil petani setempat.

Dengan demikian masyarakat mampu memperoleh tingkat kesejahteraan sekaligus mutu seni dan budaya tetap dapat dipertahankan, harap Gusti Made Ngurah. 

Pewarta: I Ketut Sutika
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013