Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan Sekolah Penggerak merupakan aset dalam membantu pemerintah daerah (pemda) untuk melakukan transformasi ekosistem pendidikan di daerah.

“Sekolah Penggerak bukan sekolah unggulan, namun aset untuk pemda dalam melakukan transformasi dalam ekosistem pendidikan di daerahnya,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Iwan menjelaskan Sekolah Penggerak diberi serangkaian intervensi dan penguatan agar dapat melakukan pengimbasan sebagai upaya untuk mewujudkan ekosistem pendidikan yang lebih berdaya dan menguatkan.

Sebuah sekolah ketika telah menjadi Sekolah Penggerak selama tiga tahun maka akan ditugaskan untuk melakukan pengimbasan atau berbagi kepada sekolah yang paling membutuhkan intervensi di daerah setempat.

“Sekolah yang mendapat imbas harus dapat bertransformasi dalam waktu satu tahun. Karena memang Sekolah Penggerak itu filosofinya bergerak dan dapat menggerakkan,” kata Iwan.

Ia menyebutkan Pemda Pangkep, Sulawesi Selatan merupakan salah satu pemda yang progresif dalam mendorong satuan pendidikan di wilayahnya menjadi Sekolah Penggerak.

Baca juga: Kemendikbudristek: Guru Penggerak dukung transformasi pendidikan

Baca juga: 30 guru penggerak di Luwu Timur ikuti bimtek publikasi artikel ilmiah


Bupati Pangkep Muhammad Yusran Lalogau mengatakan pihaknya akan terus mendorong satuan pendidikan setempat untuk dapat menerapkan Kurikulum Merdeka karena hasilnya sudah dirasakan oleh beberapa sekolah lainnya.

Yusran mengatakan sejauh ini 475 dari 702 atau sekitar 66 persen satuan pendidikan di jenjang PAUD, SD, SMP telah menerapkan Kurikulum Merdeka.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep Sabrun Jamil menambahkan, Kabupaten Pangkep memiliki beberapa kendala terutama di daerah kepulauan dalam hal mengurangi angka putus sekolah.

Meski demikian, pemda terus berupaya melakukan inovasi salah satunya melalui Kelas Perahu, yakni memberikan pendekatan belajar mandiri menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat diberikan saat siswa sedang melaut.

“Melalui Kelas Perahu, kami berupaya membantu anak nelayan yang melaut karena membantu orang tuanya mencari nafkah tetap bisa mengenyam pendidikan,” katanya.

Baca juga: BGP Papua Barat optimalkan pemanfaatan Awan Penggerak bagi guru 3T

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024