Perlu adanya berbagai penanganan untuk menyelesaikan berbagai tantangan di era digital secara holistik sesuai konteks Negara Selatan-Selatan.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan perlu adanya berbagai penanganan untuk menyelesaikan berbagai tantangan di era digital secara holistik sesuai konteks Negara Selatan-Selatan.

“Persoalan selanjutnya yang dihadapi negara-negara low and middle income di era digital adalah keterbatasan sumber daya, kendala bahasa, kesenjangan ilmu pengetahuan, minimnya infrastruktur digital serta hambatan politik dan juga hukum,” kata Nezar Patria dalam keterangan resminya pada Kamis (21/3).

Dia juga menjelaskan bahwa negara-negara berkembang yang syarat akan information disorder seperti hoax, bullying, ujaran kebencian, pencemaran nama baik dan fitnah menjadi tantangan yang perlu dihadapi dengan tegas.

Dalam sambutannya dalam High Panel Session the Third Summit for Democracy Forum KTT Demokrasi ke-3 di CEOX, Seoul, Korea Selatan, Selasa (19/3) lalu, Nezar menyatakan bahwa kondisi tersebut sudah disadari sejak KTT Demokrasi ke-2 di Kosta Rika yang juga dihadiri ratusan perwakilan negara, perusahaan multinasional dan civil society dan menghasilkan Summit for Democracy Declaration.

“Deklarasi yang disepakati oleh 65 lintas pemerintahan ini menekankan sembilan komitmen yang perlu diantisipasi oleh para negara, di antaranya adalah perlindungan HAM, jaminan atas kebebasan pers, dan penegakan hukum,” ujar dia.

“Mencegah dan menangani korupsi; meningkatkan pemanfaatan teknologi yang mendukung demokrasi; mendukung pemilu yang adil dan berkualitas; serta mengatasi isu-isu global, seperti pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim dan ketahanan pangan,” kata dia lagi.

Dalam kegiatan ini yang sekaligus bersamaan dengan pelaksanaan pemilihan umum di 40 negara itu, perhatian pada negara-negara low and middle income menjadi topik yang relevan dan penting dengan tema Democracy for Future Generations.

“Peran generasi muda jelas sangat menentukan, baik dalam pengembangan teknologi, khususnya AI (Artificial Intelligence) maupun menjaga dan meningkatkan kualitas demokrasi. Inilah tantangan demokrasi di era digital,” ujar dia.

Wamen Nezar juga menyampaikan beberapa pengalaman dan yang terbaru adalah kegiatan Pemilu 2024 yang baru saja digelar di Indonesia.

Menurut dia, di tengah kemajuan teknologi, kekacauan informasi selama Pemilu 2024 menjadi tantangan serius yang perlu diantisipasi. Pasalnya penyebaran disinformasi seperti video deepfake menjadi sangat mudah dan terlihat memiliki kualitas gambar yang bagus.

“Data kami menunjukkan penurunan signifikan dalam persebaran disinformasi selama Pemilihan Umum Tahun 2024 dibandingkan dengan tahun 2019. Dalam Pemilu 2024, kami mengidentifikasi 227 konten hoaks terkait pemilu, menurun signifikan dari 714 isu hoaks pemilu yang ditemukan pada periode sebelumnya,” ujarnya pula.

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari Kampanye Pemilu Damai 2024 yang digaungkan Kementerian Kominfo melalui berbagai saluran media. Selain itu, Wamenkominfo menyatakan peningkatan indeks literasi digital nasional juga memberikan ruang yang lebih terbatas untuk penyebaran konten hoaks pemilu.
Baca juga: Kemendikbud harus buat rancang induk pendidikan hadapi digitalisasi
Baca juga: Kepemimpinan digital dinilai penting menjawab tantangan digitalisasi


Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024