Jakarta (ANTARA) -
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan mengatakan upaya mengungkap kasus pemalsuan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax membutuhkan keahlian khusus. 
 
"Kita tahu dibutuhkan keahlian khusus untuk memastikan pertamax itu asli atau palsu," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
 
Edi menjelaskan, pengungkapan kasus BBM palsu juga butuh kesabaran yang tinggi dan kehati-hatian agar operasi Kepolisian ini bisa membuktikan secara hukum.
 
Karena itu, Edi mengapresiasi keberhasilan Direktorat Tidak Pidana Tertentu (Tipiter) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri yang telah mengungkap pemalsuan pertamax.
 
"Kita melihat ulah pelaku selama ini meresahkan masyarakat. Pembeli 'kan membeli pertamax di SPBU tapi malah dapat yang palsu," katanya.

Baca juga: Polisi Gerebek Pabrik BBM Palsu
 
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko dan Dirtipidter Bareskrim Polri Brigjen Pol. Nunung Syaifuddin memperlihatkan barang bukti BBM Pertama yang asli dan palsu (dioplos) di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (28/3/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Dia mengatakan, pengungkapan kasus ini merupakan upaya Polri untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat menjelang arus mudik, balik atau perayaan Lebaran 2024.
 
Menurut catatan Lemkapi, jajaran Bareskrim Polri sejak setahun terakhir banyak mengungkap berbagai kejahatan. Mulai dari kejahatan narkoba kakap melibatkan Fredi Pratama, perdagangan orang, kejahatan siber hingga kejahatan perbankan.

"Semua itu dilakukan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada masyarakat," kata Edi.
 
Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Bareskrim Polri mengungkap kasus penjualan pertamax palsu dengan cara mengubah warna BBM jenis pertalite hingga menyerupai warna pertamax lalu dijualnya sebagai pertamax.

Baca juga: Polri ungkap SPBU jual BBM oplosan beromset Rp2 miliar
 
Direktur Lembaga Kajian Stategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Saputra Hasibuan. ANTARA/HO
Harga pertalite yang seharusnya Rp10.000, tapi setelah diubah warna menyerupai pertamax dijual dengan harga Rp12.950 per liter atau sesuai harga pertamax saat ini.
 
Direktur Tipidter Brigjen Pol Nunung Syaifuddin di Jakarta, Kamis (28/3), mengatakan ada lima orang yang ditetapkan sebagai tersangka, dengan jumlah SPBU yang melakukan kecurangan ada empat di wilayah Depok, Jakarta Barat dan Kota Tangerang.
 
"Barang bukti yang kami sita sejumlah total dari empat SPBU ini ada 29.046 liter BBM pertamax yang diduga palsu di empat tangki pendam SPBU tersebut," katanya.
 
Perbuatan ini dilakukan pelaku sejak Januari 2023 sampai Januari 2024 dan para tersangka sudah mendapatkan keuntungan lebih dari Rp2 miliar.
 
Nunung mengimbau seluruh SPBU untuk untuk tidak mencari untung dengan cara curang menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
Kepolisian memastikan akan melakukan penindakan jika menemukan ada SPBU yang berlaku curang.

Pewarta: Ilham Kausar
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024