Jakarta (ANTARA News) - Assosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (ASPIDI) meminta agar Rancangan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tentang Pemasukkan Karkass, daging dan jeroan dari luar negeri segera direalisasikan dan ditetapkan untuk pelaksanaan. Pemberlakuan Permentan itu dengan segera akan dapat mengendalikan semua faktor risiko kemungkinan penularan penyakit dari dagingnya diimpor yang sapinya diduga menderita penyakit tertentu, kata Ketua Umum ASPIDI Ir Thomas Sembiring dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa. Menurut dia, selama ini impor daging hanya dibolehkan dari negara Australia dan Selandia Baru. Sedangkan, Agustus ini, Selandia Baru memasuki "off season" yakni tidak ada pemotongan sapi, maka Indonesia akan menggantungkan impor daging sapi 100 persen dari Australia. Perlu upaya impor daging dari negara-negara lain agar tidak terjadi monopoli satu negara serta mencegah harga daging tidak tetap terjangkau, katanya. Pada kesempatan itu Thomas Sembiring menegaskan, tidak benar adanya sinyalemen bahwa tidak ada negara yang sapinya bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) mengimpor daging dari negara zona bebas PMK. Dia memberikan contoh, Argentina yang memiliki zona bebas PMK banyak mengekspor daging ke negara Eropa dan negara lain yang bebas penyakit PMK, sehingga Argentina menetapkan pajak ekspor sebesar 25 persen untuk melindungi konsumen dalam negeri. Demikian juga banyak negara yang melakukan impor daging dari negara dengan bebas penyakit sapi gila (BSE) seperti Amerika Serikat yang mengekspor daging sapi ke Jepang, Singapura, Korsel, Hong Kong, Filipina, dan berbagai negara Arab dan Eropa. Sembiring mengatakan, yang penting bagaimana Indonesia menerapkan sistem pengamanan pangan secara konsisten dan konsekuen sehingga segala faktor risiko dapat diawasi dan dikendalikan. Kebijakan Deptan untuk menerapkan zona bebas PMK dan BSE (Sapi Gila) bagi pemasukan karkass, daging dan jeroan, dari luar negeri, sebenarnya sudah dibahas sejak 2005 melalui Rancangan Peraturan Menteri tersebut, demikian Thomas Sembiring yang juga Alumnus IPB Bogor itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006