Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat melakukan sejumlah langkah khususnya untuk merespons 1.124 kasus demam berdarah dengue (DBD) per 17 April 2024 di wilayah tersebut.

Langkah tersebut antara lain pemberantasan 
sarang nyamuk (PSN) dua kali dalam seminggu di tujuh tatanan, larvasida dan pengasapan (fogging) pada lokasi dengan hasil penyelidikan epidomologis (PE) positif.

"Pencegahan dengan PSN dua kali seminggu di tujuh tatanan, larvasida, fogging (pengasapan) pada lokasi yang hasil PE-nya positif," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat, Erizon Safari di Jakarta pada Rabu.

Adapun beberapa dari tatanan yang dimaksud adalah permukiman dan fasilitas umum, satuan pendidikan, pasar, lokasi wisata, lalu lintas jalan, perkantoran dan perindustrian. Lalu tempat perlindungan sosial.

Baca juga: Warga Jakbar diimbau kosongkan bak air sebelum mudik

Erizon merinci bahwa tiga kecamatan yang dominan terjadi kasus DBD adalah Cengkareng, Kalideres dan Kembangan. "Jumlah penderita komulatif terbanyak di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, Kembangan," kata Erizon.

Sementara usia dominan terjadinya ribuan kasus DBD tersebut adalah usia 14-44 tahun. "Usia 14-44 tahun," kata Erizon.

Hingga saat ini, tidak ada kematian yang diakibatkan oleh DBD di wilayah Jakarta Barat (Jakbar). "Tidak ada kematian," kata dia.

Erizon mengimbau masyarakat untuk tetap memperhatikan kebersihan dan pola hidup yang sehat.

Baca juga: Pemkot Jakbar ajak warga lakukan PSN dua kali seminggu untuk cegah DBD

Sementara itu, praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama mengusung rumus "Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik (G1R1J) 3x10" untuk mencegah kasus DBD.

Adapun rumus "G1R1J' 3x10" berarti penunjukan satu orang anggota keluarga sebagai kader jumantik yang bertugas memberantas jenik-jentik nyamuk di sekitar rumah setiap Jumat pagi jam 10.00 selama 10 menit dan selama minimal 10 minggu.

"Menggencarkan 'G1R1J' dengan menunjuk petugas pemberantasan sarang nyamuk di rumah apa ibu, bapak, anak atau pekerja rumah tangga dan melakukan dengan prinsip 3x10 setiap Jumat pagi, yakni jam 10.00 pagi, selama 10 menit, selama minimal 10 minggu," kata Ngabila.

Ngabila menuturkan bahwa pagi hari dianjurkan untuk melakukan kegiatan tersebut karena nyamuk DBD aktif pada jam itu.

Baca juga: Dinkes DKI belum sebar nyamuk Wolbachia di Jakbar

Selain itu, Ngabila juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sarana-sarana pengumuman lokal, seperti toa masjid, mushala, surau atau rumah ibadah untuk saling mengingatkan warga setempat akan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup dan mengubur (PSN 3M Plus).

"Kita bisa memanfaatkan toa masjid, mushala, surau, rumah ibadah untuk saling mengingatkan RT, RW, warga untuk melakukan PSN 3M Plus," ujar Ngabila.

Menurut Ngabila, puncak kasus DBD secara umum terjadi pada bulan April. Adapun jika sudah mengalami demam dan selama dua hari tidak membaik, maka segera ke fasilitas kesehatan terdekat.

"Jika demam dua hari tidak membaik di rumah, bawa ke Puskesmas terdekat, periksa ke dokter, gratis dan jika perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk deteksi dini," kata Ngabila.

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024