Proses seleksi baru saja menyelesaikan tahap wawancara terhadap 40 calon secara virtual
Jakarta (ANTARA) - Organisasi Anti-Doping Indonesia (IADO) menyeleksi sebanyak 40 calon untuk menjadi menjadi tenaga profesional edukator anti-doping yang mengedukasi para atlet di Tanah Air melalui Program Presenter Edukasi (Presi).

"Proses seleksi baru saja menyelesaikan tahap wawancara terhadap 40 calon secara virtual yang berlangsung secara bertahap dan terpisah," ujar Ketua Umum Gatot S Dewa Broto ketika dikonfirmasi melalui sambungan telpon di Jakarta, Kamis.

Para calon yang diwawancarai ini merupakan hasil seleksi administrasi dari total sebanyak 278 pendaftar yang menyampaikan permohonan pendaftarannya melalui aplikasi yang sudah disediakan oleh Tim Penyusunan Pesi hingga batas akhir pendaftaran pada 11 Maret 2024.

Para pendaftar berasal dari berbagai daerah seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dari wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Selain itu, mereka juga dari beragam profesi seperti sebagai dosen, pelatih cabang olahraga, dokter atau tim medis, maupun atlet aktif dan mantan atlet.

Baca juga: IADO perbanyak tenaga edukator anti-doping lewat Program Presi

"Jika terpilih, mereka itu tidak perlu melepaskan profesi keseharian pekerjaan yang telah ditekuni selama ini dan dapat tetap bertempat tinggal di wilayah asal masing-masing," ujarnya.

Hal ini penting untuk diketahui, karena kegiatan Presi bersifat insidental, tidak setiap hari atau minggu, dan keberadaan mereka di antaranya adalah untuk mendukung tenaga edukator yang dimiliki IADO yang faktanya masih sangat minim selama ini.

Sebagai perbandingan, kata dia, IADO saat ini sudah memiliki sebanyak 49 DCO (Doping Control Officer) dan 10 BCO (Blood Control Officer), yang bertugas untuk mengambil sampel urin maupun darah baik saat ICT (In Competition Testing) maupun OOCT (Out of Competition Testing).

Baca juga: KONI Pusat dan IADO bakal masifkan pendidikan anti-doping di Indonesia

Dalam keseharian, mereka masih berprofesi sebagai dokter, dosen, ASN di daerah, pegawai kantor swasta dan lain sebagainya.

Gatot menjelaskan, tim seleksi akan memilih sejumlah kandidat yang akan lolos wawancara, dan mendapatkan pelatihan.

"Tim akan sangat selektif mengingat edukasi akan disampaikan ke berbagai daerah dan berbagai penerima manfaat dari berbagai kalangan," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, edukasi anti-doping kini menjadi salah satu prioritas World Anti Doping Agency (WADA) dalam beberapa tahun terakhir ini. Oleh sebab itu, IADO juga harus responsif agar edukasi anti-doping dapat lebih merata di Tanah Air.

Baca juga: Empat atlet binaraga Indonesia dinyatakan melanggar aturan anti-doping

Sebagai konsekuensi, kata dia, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2024 di Aceh dan Sumatera Utara, tidak lagi hanya berupa kegiatan pengambilan sampel (testing), tetapi juga edukasi dan investigasi meskipun yang dominan tetap testing, sehingga ini menjadi pembeda dengan sejumlah penyelenggaraan PON sebelumnya.

Ia menambahkan, seleksi Presi ini adalah yang pertama kalinya di Indonesia dan bahkan pertama kalinya di kawasan Asia Tenggara. Hal itu yang membuat WADA juga memberikan apresiasi khusus kepada IADO atas inisiatif dan keberaniannya menjalankan program seleksi.

"Kesuksesan seleksi dan implementasi Presi ini akan menjadi pilot project untuk kawasan Asia Tenggara dan Asia pada umumnya," ujarnya.

Baca juga: KONI dukung penuh IADO lawan doping di Indonesia
Baca juga: IADO, Kemenpora beri edukasi anti-doping buat personel pendukung atlet

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024