Diketuai Soeratin Sosrosoegondo, seorang terpelajar yang mengemban pendidikan di Jerman, PSSI kemudian melakukan banyak gebrakan yang meresahkan NIVB mulai dari membuat kompetisi sendiri, melatih wasit hingga mengusahakan pembinaan pemain muda.

Dalam buku "Soeratin Sosrosoegondo - Menentang Penjajahan Belanda Dengan Sepak Bola Kebangsaan" (2014), Eddi Elison menyebut bahwa Soeratin berhasrat besar untuk membentuk satu tim nasional dengan konsep "Sepak Bola Kebangsaan".

Menurut Eddi, keberadaan Stadion Sriwedari di Solo memperlihatkan motivasi tersebut. Stadion Sriwedari, yang diresmikan pada Oktober 1933, dibangun atas perintah pemimpin tertinggi Kesunanan Surakarta Susuhunan Pakubuwono X lantaran melihat PSSI membutuhkan sokongan infrastruktur untuk mewujudkan mimpi.

Dalam acara pembukaan stadion itu, Eddi menyebut Soeratin Sosrosoegondo memberikan kata sambutan dan bendera Merah Putih pun dikibarkan.

Seusai sukses menggelar tiga kompetisi perserikatan sampai tahun 1933, PSSI akhirnya mendapatkan tawaran kemitraan dari NIVB, yang sebelumnya menolak bekerja sama.

Eddi mengisahkan, pada tahun itu, seorang pengurus NIVB yakni CJC Mastenbroek menyampaikan keinginan organisasinya untuk bermitra dengan PSSI demi membangun sebuah tim nasional untuk berpartisipasi di Piala Dunia 1938 di Prancis.

PSSI sangat serius merespons tawaran tersebut dengan membentuk sebuah tim khusus yang disebut Eddi dipimpin Pamoedji dari Surabaya. Tahun 1934, PSSI menugaskan lagi Komisi Penghubung yang berisikan tiga orang yakni Ng Soebroto (ketua), Koentjono Poerpranoto (anggota) dan R Sawarno (anggota) yang bertugas berkorespondensi dengan NIVB.


Baca juga: Erick beri sinyal positif namun tak memaksa naturalisasi Emil Audero
Baca juga: Negara yang mencibir Indonesia ternyata juga ingin naturalisasi



Halaman berikut: NIVB gonjang ganjing

Copyright © ANTARA 2024