... penggunaan kekuatan militer akan mengakibatkan berakhirnya dukungan lama AS dan masyarakat internasional."
Washington (ANTARA News/AFP) - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada Sabtu waktu setempat (Minggu WIB) memperingatkan Sudan Selatan bahwa Washington dan sekutu-sekutunya akan memotong bantuan ke negara itu berkatan dengan setiap upaya kudeta militer di tengah kekhawatiran perang saudara.

Obama juga mendesak para pemimpin Sudan Selatan untuk membantu melindungi para personel dan warga AS di negara yang dilanda konflik itu, setelah pesawat militer AS diserang dan melukai empat petugasnya.

Tiga pesawat militer AS Osprey diserang saat mereka menuju ke kota yang dikuasai pemberontak, Bor di negara bagian Jonglei untuk membantu mengevakuasi warga Amerika, kata Pentagon.

Keempat petugas Amerika yang terluka berada dalam "kondisi stabil," tambahnya.

Mereka menargetkan Bell Boeing CV-22 Ospreys, pesawat tiltrotor hybrid yang dapat melakukan landas secara vertikal seperti helikopter, namun menyerupai pesawat normal dalam penerbangan.

Obama telah mendapat informasi terkini tentang insiden di pesawat Air Force One saat ia mendarat semalam di Hawaii untuk liburan Natal bersama keluarganya.

"Dia menekankan bahwa para pemimpin Sudan Selatan memiliki tanggung jawab untuk mendukung upaya kami mengamankan personil dan warga negara AS di Juba dan Bor," demikian pernyataan pihak Gedung Putih.

Gedung Putih juga mengumumkan, "Setiap upaya untuk merebut kekuasaan melalui penggunaan kekuatan militer akan mengakibatkan berakhirnya dukungan lama AS dan masyarakat internasional."

Obama secara terpisah berpartisipasi dalam menyerukan keamanan tentang situasi di Sudan Selatan dengan Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice, deputinya Tony Blinken dan Ben Rhodes, serta Direktur Senior untuk Urusan Afrika Gedung Putih Grant Harris, juga anggota tim keamanan nasional presiden.

"Lebih luas, Presiden menggarisbawahi pentingnya membantu untuk mendukung upaya menyelesaikan perbedaan di Sudan Selatan melalui dialog," jelas pihak Gedung Putih.

Selain itu, kantor Presiden AS menambahkan, "Konflik ini hanya dapat diselesaikan secara damai melalui negosiasi."

Hal itu menyerukan diakhirinya lonjakan kekerasan yang telah menewaskan sedikitnya 500 orang di ibu kota Juba sendiri dalam enam hari pertempuran.

Pada Rabu (18/12), AS mengerahkan 45 pasukan tempur dilengkapi dengan melindungi kedutaan dan personelnya.

Kenya dan Uganda juga telah mengirim pasukan untuk membantu evakuasi warga negara yang terdampar.

Dua penjaga perdamaian India tewas pada Kamis ketika penyerang menyerbu markas PBB di negara bagian Jonglei . Ada kekhawatiran bahwa 36 warga sipil yang berlindung di pangkalan itu juga tewas .

Kebangkitan dalam permusuhan di Sudan Selatan, yang memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada tahun 2011, terjadi meski ada tawaran dari presiden untuk membuka pembicaraan dengannya, mantan wakil, Riek Machar, yang menuduh Kiir memulai pertempuran pekan lalu dengan mencoba kudeta.
(Uu.H-AK)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013