Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pengamat memprediksi tahun 2014 Jakarta akan mengalami "deadlock", meski Pemprov DKI Jakarta telah mengambil beberapa langkah antisipatif antara lain dengan menguatkan moda transportasi massal, bus Transjakarta.

Salah satu upaya Pemprov DKI Jakarta dalam "menggiring" masyarakat menggunakan bus Transjakarta sebagai sarana transportasi utama adalah dengan menambah jumlah armada.

Data Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta mencatat saat ini terdapat 416 unit bus, padahal jumlah ideal adalah 1.289 armada. Untuk itu masih ada kekurangan 873-an bus. Akhir tahun 2013, ada penambahan 656 bus. Ratusan bus Transjakarta berbahan bakar gas (BBG) tersebut didatangkan langsung dari China dan sudah siap dioperasikan, tinggal menunggu dokumen pengadaannya.

Sementara untuk pengadaan bus tahun 2014 mendatang jumlahnya jauh lebih banyak, yaitu 4.000 bus yang terdiri dari 1.000 bus Transjakarta dan 3.000 bus sedang.

Pengadaan armada busway dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) DKI Jakarta 2014 dianggarkan sebesar Rp3 triliun.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan penambahan armada bus TransJakarta sekaligus untuk pembenahan sistem trayek di Jakarta.

"Ini sekaligus memperbaiki sistem trayek karena ada trayek yang kebanyakan bus tapi ada juga yang busnya tidak ada," kata Jokowi di Balaikota beberapa waktu yang lalu.

Desain makro sistem trayek dikatakan Jokowi sudah ada,sehingga nantinya akan diintegrasikan dengan monorel, MRT, dan KRL. Semua akan saling melengkapi.

Sterilisasi

Dalam mempersiapkan kedatangan armada bus Transjakarta baru, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan kepolisian mensterilkan busway.

Sterilisasi busway yang masiv dan tegas beberapa waktu lalu menuai hasil.

BLU Transjakarta mengklaim, sterilisasi jalur busway selama 30 hari oleh Pemda DKI Jakarta dan Dirlantas Polda Metro Jaya sukses meningkatkan minat masyarakat terhadap transportasi publik tersebut.

Terjadi kenaikan penumpang sekitar 20.000-an dari 320.000 penumpang menjadi 340.000.

Angka itu didapat dari koridor I jurusan Blok M-Kota yang berarmada 66 bus. "Jumlah tersebut setara dengan satu rit angkutan penumpang," kata Humas BLU Transjakarta Prasetya Budi.

Operasi sterilisasi selama sebulan (November 2013) diberlakukan di enam koridor yakni koridor 1, 3, 5, 6, 9, dan 10 tersebut menjaring 11.000 pelanggar.

Pelanggar sepeda motor sebanyak 8.665, disusul mobil kendaraan pribadi sebanyak 1.608, lalu kendaraan umum sebanyak 854, kendaraan barang 169 dan kendaraan Polri 1.

Mulai beroperasi


Jokowi memperkirakan bus akan datang bertahap. Dari 656 bus yang terdiri dari 310 bus Transjakarta dan 346 bus sedang, pada minggu pertama Januari 2014 akan beroperasi 100 bus, dan minggu kedua beroperasi 200 bus.

Ditargetkan, hingga akhir Januari 2014, 656 bus akan beroperasi semua. Dengan tambahan ratusan bus tersebut, operasi sterilisasi tidak lagi diperlukan karena jarak antarbus "headway" sudah rapat.

"Kalau jarak antarbus sudah satu meter mau apa? mau masuk d tengah bis? sterilisasi kan dilakukan untuk menyiapkan bus yang baru datang, kalau antarbus sudah mepet siapa yg mau masuk?" kata Jokowi.

Terkait dengan kesiapan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG), Jokowi meyakinkan semua akan rampung.

Hingga April 2014 Pertamina dan Perusahaan Gas Negara (PGN) memastikan akan menambah jumlah SPBG menjadi 15.

"Tapi kalau tahun depan datang 1.000 busway dan ditambah 3.000 bus sedang metromini maka SPBG harus 45, itu akan dikejar, Pak Menko sudah sampaikan akan dibahas agar segera siap," kata Jokowi.

Sambutan masyarakat


Tambahan armada Transjakarta disambut positif ole berapa warga Ibu Kota. Kebanyakan berharap dengan adanya tambahan bus maka transportasi publik bisa jadi lebih nyaman dan pelayanan bisa meningkat.

Salah seorang warga DKI Jakarta pengguna busway Yana Kartika (24) mengatakan selama ini bus Transjakarta belum dirasa nyaman Karena penumpang sering membludak sementara bus tidak datang teratur sesuai jadwal.

"Bus datang lama sekali, apalagi di koridor-koridor tertentu ngantrinya luar biasa kalau peak hour, harapannya setelah datang bus baru bisa lebih nyaman lah nantinya, busway kan lumayan efektif untuk menghindari kemacetan di Jakarta saat ini, naik busway lebih cepet dibanding mobil atau bus biasa," kata Yana warga Keagungan, Jakarta Barat.

Sementara warga yang tidak sering menggunakan busway seperti Umar Holik (28) mengatakan berniat beralih menggunakan busway jika sistemnya sudah lebih baik.

"Sekarang sih sudah baik, cepet. Tapi masih suka lihat busway desak-desakkan jadi saya lebih pilih naik motor aja,tapi nanti kalau bus sudah bertambah mungkin tidak akan rebutan lagi dan lebih tepat waktu. Saya akan pilih busway," kata Umar.

Sementara pengamat transportasi sekaligus ketua Dewan Transportasi DKI Jakarta Azas Tigor Nainggolan menilai penambahan armada busway memang diperlukan mengingat moda transportasi tersebut merupakan yang paling ideal untuk
Jakarta.

"Penambahan armad busway harus dilakukan sambil kita terus mematangkan rencana pengadaan moda Transportasi pain seperti monorel Dan MRT," kata Tigor.




Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013