Medan (ANTARA) - Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Muryanto Amin mengatakan lulusan perguruan tinggi harus memiliki keterampilan berinovasi, mengingat dunia industri dewasa ini sangat membutuhkan calon atau para pekerja yang selalu memberikan inovasi bagi perusahaan di mana ia bekerja.

"Intinya pekerja sangat memerlukan keterampilan untuk berinovasi, agar mereka bisa bertahan dan menjaga keseimbangan kebutuhan industri," katanya di Medan, Kamis.

Ia mengatakan, jika dilihat dari data Global Innovation Indeks di negara-negara ASEAN tahun 2011-2023 menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di urutan ke-6 dari 10 negara ASEAN. Posisi Indonesia membaik sejak tahun 2021-2023 yang berada di atas Brunei, Kamboja, Myanmar dan Laos.

Data tersebut menyimpulkan fakta, bahwa inovasi dari Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan melalui penguasaan keterampilan teknis baru,
khususnya bagi anak-anak muda yang tergolong sebagai mahasiswa, pencari kerja maupun yang sedang bekerja.

Baca juga: USU targetkan masuk peringkat 500 universitas berkelas dunia

Baca juga: Rektor: USU menuju universitas kelas dunia demi standar internasional


Fakta global yang terjadi tersebut, kata dia, harus direspon secara cepat oleh perguruan tinggi di Indonesia, agar selaras dengan kebutuhan industri di dunia.

Sistem pengelolaan pendidikan tinggi Indonesia masih harus memperbaiki konektivitas peraturan yang terpisah, baik di kelembagaan maupun birokrasi, meskipun wacana global disruption sudah menjadi bagian tugas dari pemilik otoritas.

Begitu juga dengan para akademisi dan asosiasi pendidikan di Indonesia, tidak sedikit yang masih bertahan dengan keadaan yang terjadi sebelum global disruption itu.

Dampaknya kemudian adalah munculnya microcredential dari perusahaan global seperti microsoft, google, ciracle, coursera, adobe, quickbooks, dan sejenisnya.

Perusahaan global itu menawarkan microcredential yang diakui dalam dokumen sertifikat kompetensi, yang dikeluarkan perusahaan kepada
peserta didik, setelah melaksanakan proses pembelajaran praktik untuk serangkaian keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam waktu yang relatif singkat.

Microcredential yang diterapkan dalam dunia industri yang nyata, memberi keyakinan bahwa 1 dari 4 profesional tingkat awal memerlukan sertifikat keterampilan sebagai pelengkap mendapat pekerjaan baru.

Menurut survei Coursera (2023), 86 persen pelajar setuju bahwa microcredential membantu mereka meyakinkan para pemberi kerja. Sedangkan, 85 persen para pemimpin perguruan tinggi sepakat bahwa microcredential penting untuk pendidikan masa depan.

Pendapat itu ditegaskan lagi oleh 88 persen pemberi kerja menyatakan bahwa sertifikat profesional diperlukan sebagai dokumen penting dalam lamaran kerja.

Microcredential memberi jawaban tentang ketidakpastian yang selalu ada dalam pikiran para lulusan perguruan tinggi di seluruh dunia seperti
mendapat pekerjaan, memenuhi kebutuhan, mencapai cita-cita atau impian, dan membahagiakan orang tua.

"Perguruan tinggi di Indonesia sudah mulai yakin bahwa keterampilan di dunia nyata sangat diperlukan bagi para lulusannya di tempat kerja.
Future skills dibutuhkan oleh pemberi kerja, yang harus dipersiapkan secara cepat sebagai dukungan basis awal keterampilan. bagi lulusan harus segera merespon dan beradaptasi di dunia tersebut," katanya.*

Baca juga: USU persilahkan mahasiswa lakukan sanggahan terkait kenaikan UKT

Baca juga: USU: Kenaikan uang kuliah tunggal sesuai Permendikbudristek

Pewarta: Juraidi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024