Kairo (ANTARA News) - Sedikitnya 13 orang meninggal dalam bentrokan Jumat di Mesir pada saat polisi membubarkan ribuan pengunjuk rasa menuntut pemulihan presiden terguling Mohammed Moursi, kata Kementerian Kesehatan.

Protes itu muncul setelah aliansi Islam yang mendukung Moursi menyerukan demonstrasi menjelang persidangan baru pada Rabu dalam sidang penggulingan presiden.

Polisi bergerak cepat untuk membubarkan aksi unjuk rasa setelah peringatan mereka tidak mentolerir protes Ikhwanul Muslimin berikut penyebutannya sebagai kelompok teroris pekan lalu.

Lima tewas di Kairo dan sisanya di kota-kota lain, kata kementerian itu, dan menambahkan bahwa setidaknya 57 orang terluka.

Kementerian itu tidak mengatakan apakah yang tewas adalah demonstran, polisi atau pengamat.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan 122 pengunjuk rasa ditangkap.

Polisi berusaha mengatasi pertempuran jalanan dengan pengunjuk rasa yang melemparkan batu - di beberapa distrik Kairo.

Para pengunjuk rasa di ibu kota membakar sebuah kendaraan polisi dengan bom bensin, kata seorang pejabat keamanan, dan media pemerintah mengatakan warga telah memadamkan kebakaran itu.

Di lingkungan kelas atas Maadi, polisi menembakkan gas air mata dekat rumah sakit militer ketika para demonstran melemparkan kembang api kepada mereka, kata seorang wartawan AFP.

Para pengunjuk rasa juga bentrok dengan polisi di jalan-jalan sepanjang Sungai Nil dan di pinggiran kota.

Jalan itu penuh dengan batu dan kayu terbakar pada saat kendaraan polisi melaju naik dan turun jalan untuk membubarkan para pengunjuk rasa.

Para demonstran berkumpul kembali di pinggir jalan, berhadapan dengan polisi anti huru hara dan menyanyikan "Mereka adalah preman!"

Beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu.

Di wilayah timur ibu kota, polisi juga menembakkan gas air mata pada ribuan pendukung Moursi yang membakar ban dan melemparkan kembang api kepada pasukan keamanan, kata koresponden AFP yang lain.
(H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014