Jakarta (ANTARA News) - Peneliti di University of Copenhagen di Denmark menemukan bahwa bintang laut buta warna dan penglihatannya relatif tidak baik.

Mereka meneliti mata Linckia laevigata, spesies bintang laut yang umumnya ditemukan di perairan tropis Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

"Kami mempelajari sensivitas spektral mereka, cahaya berwarna apa yang mereka lihat dan rupanya mereka tidak punya penglihatan warna," kata Anders Garm, penulis utama penelitian tersebut, seperti yang dikutip dari laman Live Science.

"Mereka tidak bisa membedakan cahaya. Secara umum mereka melihat semua berwarna abu-abu."

Bintang laut pun tidak melihat benda secara jelas dan tajam. Resolusi mata mereka hanya sekitar 200 pixel.

Sebagai perbandingan, kebanyakan kamera digital beresolusi jutaan pixel, atau yang disebut juga mega-pixel.

Manusia, memiliki sekitar 1 juta syaraf dan bila digabungkan totalnya 120 juta sel.

Bintang laut memproses gambar jauh lebih lambat bila dibandingkan dengan manusia.

Artinya, mereka tidak bisa melihat objek yang bergerak cepat. Sistm visual diukur dengan satuan hertz, frekuensi yang menandakan jumlah siklus per detik.

"Dalam hal kecepatan penglihatan, manusia biasanya melihat obej bergerak 30-40 hertz. Bintang laut, hanya 2 hertz," kata Garm.

Meski penglihatannya buruk,  mata bintang laut sesuai dengan kebutuhan dasar mereka di lingkungan laut.

Penglihatan mereka cukup untuk melakukan hal-hal yang mereka perlukan.

Bintang laut pun tidak memiliki otak sentral, sistem syaraf mereka tersebar dan kelima tangan diperkirakan memiliki otaknya masing-masing.

Sistem syaraf desentralis ini juga yang menjelaskan mengapa penglihatan mereka pendek.

"Itulah mengapa bintang laut tidak melihat gambar secara detail karna itu membutuhkan kekuatan otak melebihi dari yang mereka punya," jelasnya.

Peneliti juga menemukan bahwa bintang laut menggunakan penglihatan mereka untuk mengenali dan menuju habitat mereka.

"Mata mereka optimal mengenali kontras antara batu karang tempat mereka hidup dan laut terbuka. Artinya, bila mereka merangkak di sekitar karang dan tiba-tiba berada di tempat yang salah, mereka bisa melihat karang dan kembali lagi sehingga mereka tidak kelaparan."

Saat ini, peneliti mengembangkan penelitian mereka ke-20 spesies berbeda dan menduga bintang laut spesies manapun memeliki sistem penglihatan yang sama.

Penelitian ini dimuat di jurnal Proceeding of the Royal Society B: Biological Sciences.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014