Jakarta (ANTARA News) - Publik dinilai mulai tidak percaya dengan calon anggota legislatif pria karena lebih banyak melakukan korupsi daripada calon anggota legislatif perempuan, kata Direktur Penelitian Women Research Institute, Edriana Noerdin.

"Kalau dari hasil penelitian kita di lapangan, justru kini masyarakat berharap banyak ke (caleg) perempuan karena memang mulai tidak percaya dengan anggota DPR pria," kata Edriana seusai seminar bertajuk "Representasi Politik Perempuan: RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender" di Jakarta, Kamis.

Dalam penelitian tersebut, publik menganggap caleg perempuan bisa diharapkan tidak sekorup caleg pria. Meskipun, dalam beberapa waktu terakhir ada banyak pejabat atau tokoh perempuan yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tindak pidana korupsi.

Kondisi tersebut, menurut Edriana, justru berdampak positif bagi caleg perempuan yang akan bertarung pada Pemilu Legislatif April 2014. Apalagi, jika dilihat dari Pemilu sebelumnya, ada peningkatan jumlah anggota DPR RI perempuan.

Pada Pemilu 2004, jumlah anggota DPR RI perempuan tercatat 11 persen dari jumlah total. Selanjutnya pada 2009, jumlah anggota DRP RI perempuan naik menjadi 18 persen dari seluruh anggota legislatif.

"Kenaikan itu cukup signifikan. Belum lagi aturan tahun ini yang mewajibkan partai politik wajib memenuhi kuota caleg perempuan sebesar 30 persen. Tentu ini menumbuhkan optimisme untuk bisa meningkatkan kuota perempuan sebagai anggota legislatif," katanya.

Meski jumlah anggota legislatif perempuan diharapkan bisa terus meningkat guna membela isu perempuan, Presiden Direktur CEPP FISIP UI Chusnul Mariyah mengatakan masih banyak proses rekrutmen caleg di partai politik yang belum mengedepankan kualitas.

"Proses rekrutmen di parpol itu, biasanya ditentukan oleh tingkat suka. Artinya yang disukai itu tentu yang gampang dikendalikan," ujarnya.

Ditambahkan Chusnul, masih ada diskriminasi dalam pola pikir masyarakat yang menyamaratakan sifat perempuan yang kerap kali merendahkan kaum hawa.

"Kalau ada satu perempuan bodoh, (dianggapnya) semua perempuan bodoh. Tapi kalau ada satu pria bodoh, ya cuma dia saja yang bodoh," katanya

Dalam penelitian yang dilakukan lembaga swadaya masyarakat itu, tercatat sebanyak 45 persen masyarakat Indonesia merasa kurang terwakili oleh anggota DPR RI. Sementara itu sekitar 23 persen mengaku cukup terwakili dan 21 persen lainnya merasa tidak terwakili sama sekali.

Lebih lanjut, saat ditanya soal keterwakilan anggota DPR perempuan, sebanyak 29 persen masyarakat mengaku cukup terwakili, 40 persen merasa kurang terwakili, dan 16 persen lainnya mengaku tidak terwakili sama sekali.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014