Tokyo (ANTARA News) - Bursa saham Tokyo ditutup turun 2,15 persen pada Kamis, karena yen menguat setelah data mengecewakan, termasuk angka manufaktur lemah dari China, mengurangi selera investor terhadap aset-aset berisiko.

Indeks acuan Nikkei-225 kehilangan 317,35 poin menjadi berakhir pada 14.449,18, sedangkan indeks Topix dari seluruh saham papan utama merosot 1,97 persen atau 23,96 poin menjadi 1.194,56.

Bola salju penurunan Tokyo karena dolar merosot terhadap yen di

perdagangan valas, tertekan turun data yang lemah dari AS, Jepang dan China mengangkat pertanyaan baru tentang keadaan ekonomi global.

Pembangunan rumah baru dan izin mendirikan bangunan di AS jatuh lebih dari yang diharapkan pada Januari di tengah cuaca musim dingin yang parah di sebagian besar negara, data menunjukkan pada Rabu.

Kemudian, pada Kamis, Jepang mengatakan membukukan defisit perdagangan Januari terburuk selama in, sementara indeks utama manufaktur China mengalami kontraksi lebih lanjut pada Februari ke tingkat terendah dalam tujuh bulan, tanda mengkhawatirkan bagi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

"Aksi ambil untung dilatarbelakangi sentimen memburuk atas akselerasi pasar negara berkembang karena data China," David Baran, co-CEO di hedge fund Symphony Financial Partners, mengatakan kepada Dow Jones Newswires.

"Saya pikir cerita pemulihan Jepang tetap utuh, namun pasarnya begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor luar yang membuat taruhan pada nilai-nilai intrinsik sulit," katanya.

China merupakan pasar utama bagi ekspor Jepang, yang berarti bahwa setiap perlambatan lebih lanjut bisa memperburuk angka perdagangan Jepang yang sudah suram.

Setelah melonjak pada 2013 ke posisi tahunan terbaik dalam lebih dari empat dekade, Nikkei telah berbalik turun sekitar 11 persen sejak awal tahun ini karena pasar global dilanda volatilitas berat.

Data China yang lemah datang ketika Dana Moneter Internasional (IMF) menyerukan Kelompok 20 (G20), yang bertemu di Sydney pada akhir pekan ini, untuk mendorong pertumbuhan karena pihaknya memperingatkan

risiko-risiko terhadap ekonomi global, dari deflasi di Eropa hingga volatilitas yang tinggi di negara-negara berkembang.

Dalam perdagangan valas, dolar merosot menjadi 101,87 yen dari 102,31 yen pada Rabu di New York, di mana ia memperoleh dukungan dari risalah pertemuan Federal Reserve pada Januari, yang mengungkapkan beberapa pembuat kebijakan mendorong untuk menaikkan suku bunga lebih awal.

Yen disebut sebagai mata uang "safe haven" dan para investor cenderung membeli unit ini ketika terjadi ketidakpastian dan kekacauan, namun penguatan yen merugikan profitabilitas para eksportir Jepang.

Saham keuangan terpukul Kamis, dengan broker Nomura kehilangan 2,39 persen menjadi berakhir pada 692 yen, sementara Dai-ichi Life merosot 3,44 persen pada 1.513 yen.

Hitachi turun 3,07 persen menjadi 787 yen, sementara raksasa mesin konstruksi Komatsu kehilangan 3,15 persen menjadi berakhir pada 2.058 yen, demikian AFP.

(A026/A011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014