Kita belajar tahun 2004 dan 2009 yang kelihatannya berkilau tapi hasilnya seperti ini, kena juga kita. Ini juga seperti ini,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar tak euforia terhadap pencapresan Joko Widodo seperti halnya pemilu tahun 2004 dan 2009, dimana publik terbius dengan figur tertentu.

"Kita belajar tahun 2004 dan 2009 yang kelihatannya berkilau tapi hasilnya seperti ini, kena juga kita. Ini juga seperti ini," ujar Hamdi dalam diskusi bertajuk Mencari Tokoh Pesaing Jokowi, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, munculnya figur pemimpin nasional yang hanya sebatas euforia kepada Jokowi dapat menimbulkan proses demokrasi tidak berjalan dengan sehat.

"Makanya kita lansir nama-nama pemimpin nasional. Sehingga demokrasi akan menjadi sehat. Harusnya kita tidak cepat puas melihat kemilau ini. Gawat juga kita, apa betul (Jokowi) ini yang terbaik, buka kemungkinan-kemungkinan, jangan takut, itulah demokrasi yang sehat," kata pengagas Komunike Bersama Peduli Indonesia (KBPI).

Sebelumnya, Komunike Bersama Peduli Indonesia (KBPI) menantang 19 tokoh dari penggerak sosial, pemimpin bisnis, birokrat hingga intelektual untuk menjadi calon pemimpin nasional.

Diantaranya, Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng), Suyoto (Bupati Bojonegoro), Rustriningsih (mantan Wagub Jateng).

Dari kalangan pebisnis, yaitu Dr Tahir (Founder Mayapada), Agung Prasetyo (CEO Kompas Gramedia), Chairul Tanjung (CEO Trans Corp), Beti Alisyahbana (ex-CEO IBM Asia Pasifik), Emirsyah Satar (CEO Garuda), Ignatius Jonan (CEO KAI), Sudhamex (CEO Garuda Food), dan Sri Mulyani (Direksi Word Bank).

Sedangkan dari pegiat sosial, yakni Jusuf Kalla (mantan wapres/ketua PMI), Tri Mumpuni (wairausaha sosial), Khofifah Indar Parawansa (Ketua Umum PP Muslimat NU), serta dari intelektual seperti Imam Prasodjo, Faisal Basri, dan Onno Purbo (Akademisi).

Ke-19 tokoh yang masuk dalam radar KBPI dianggap telah memenuhi standar kompetensi, kapabilitas, dan integritas untuk bersedia maju dalam ajang seleksi kepemimpinan nasional sebagai calon presiden/wakil presiden Republik Indonesia.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo mengaku pihaknya tengah mencermati kemungkinan skenario pencapresan dalam pemilu 2014 mendatang. Partai yang yang mencapai 20 persen sebagai syarat mencalonkan presiden hanya Golkar dan PDIP.

Skenario lainnya dengan tiga capres dalam pemilu mendatang, yakni Golkar, PDIP dan partai menengah. Andaikan Gerindra memperoleh suara paling besar dalam tingkatan partai menengah, sudah dipastikan Prabowo akan maju sebagai capres dan merangkul partai menengah.

Kemungkinan sekenario selanjutnya, kata Drajad, adalah empat capres. Yang mana partai menengah seperti PAN, Gerindra, Hanura, PKB, PPP dan lainnya memiliki suara yang berimbang. Dalam posisi ini, nama Jusuf Kalla akan memiliki peluang yang besar jika betul-betul dicapreskan PKB.(*)

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014