Moscow (ANTARA News) - Kepala diplomasi Rusia Sabtu mengecam pemerintah Ukraina pasca-revolusioner dan dugaan upaya untuk menjelekkan keterlibatan Rusia dalam krisis Ukraina.

"Apa yang disebut "pemerintah sementara" [di Ukraina] tidak independen dan, sayangnya, tergantung pada nasionalis radikal yang merebut kekuasaan dalam kudeta bersenjata," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov seperti dilansir Ria Novosti.

Pihak oposisi Ukraina mengambil alih kekuasaan di negara itu bulan lalu, mendepak Presiden Viktor Yanukovych setelah kebuntuan yang berlarut-larut dengan polisi yang mengakibatkan setidaknya 100 orang tewas di kedua pihak.

Pasukan oposisi dipimpin oleh Sektor Kanan, konfederasi kelompok ultranasionalis sayap kanan.

Pihak oposisi mengatur pemilihan presiden pada Mei dan melantik pemerintahan baru.

Sektor Kanan tidak memiliki kursi di kabinet, tetapi anggotanya mengadakan patroli bersenjata di ibu kota Kiev dan telah mendokumentasikan pada setidaknya satu kesempatan untuk secara fisik melakukan penyalahgunaan jaksa lokal karena kurangnya semangat revolusioner.

"Apa yang disebut Sektor Kanan melepaskan tembakan-tembakan melalui teror dan intimidasi," kata Lavrov dalam konferensi pers di Moskow.

Menteri juga mengatakan, Rusia bersedia untuk bekerja sama dengan negara-negara lain dalam rangka menemukan solusi bagi krisis Ukraina.

Tetapi Lavrov mengatakan para pengulas harus berhenti mengutuk Rusia.

"Kita harus melakukan dialog yang adil seperti mitra, tanpa upaya untuk menjelek-jelekkan Rusia karena hampir semua pihak terlibat dalam konflik ini," kata Lavrov.

Ribuan tentara secara luas diduga militer Rusia telah efektif mengambil kontrol atas Republik Krimea, Ukraina pro-Rusia, pada pekan lalu.

Pemerintah Krimea mengatakan, kawasan akan bergabung dengan Rusia dan menetapkan pemungutan suara rakyat mengenai pemisahan pada 16 Maret.

Rencana pemisahan diri sangat dikecam oleh pemerintah pro-Barat di Kiev serta para pejabat Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Rusia telah kukuh membantah mengirim pasukan ke Krimea, menyerukan untuk menyerang milisi-milisi lokal meskipun fakta bahwa mereka berbicara bahasa Rusia, menggunakan peralatan militer dan lisensi berplat Rusia dan telah berulang kali mereka mengakui berasal dari Rusia di depan kamera.

(Uu.H-AK)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014