Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia, Minggu, menggelar penyelidikan kemungkinan terorisme di balik hilangnya pesawat Malaysia Airlines yang membawa 239 penumpang.

Malaysia menyelidiki para tersangka penumpang yang menggunakan paspor curian, sedangkan keluarga para korban terus mengikuti berita mengenai nasib orang-orang tercinta mereka.

Amerika Serikat menugaskan FBI untuk melakukan penyelidikan setelah Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370 hilang dari radar Sabtu dini hari lalu di perairan antara Malaysia dan Vietnam, namun menekankan belum ada bukti terorisme di balik insiden itu.

Pihak berwenang Malaysia juga memperluas pencarian mereka ke pantai barat wilayahnya, dan memohon bantuan Indonesia.

Pencarian sejauh ini dikonsentrasikan ke perairan di timur negeri tersebut di Laut China Selatan.

Sebanyak 40 kapal perang dan 22 pesawat terbang dari sejumlah negara termasuk China dan Amerika Serikat terlibat dalam perburuan di sekitar dua areal itu, kata para pejabat seperti dikutip AFP.

"Ada kemungkinan lain bahwa pesawat itu sempat kembali dengan menyimpang dari arah tujuannya,"  kata Kepala Staf Angkatan Udara Malaysia Jenderal Rodzali Daud mengutip catatan data radar.

Namun CEO Malaysia Airlines Ahmad Jauhari Yahya mengatakan sistem Boeing 777 akan otomotis menyalakan lonceng alarm.

"Ketika ada pembalikkan arah tujuan (air turn-back) maka pilot tidak akan mampu melanjutkan seperti direncanakan," kata dia seraya menambahkan bahwa pihak berwenang sulit merangkai situasi seperti itu.

Setelah terkuak kabar bahwa dua penumpang dalam pesawat itu menggunakan paspor curian milik orang Eropa, Menteri Perhubungan Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan dia tengah mencari empat penumpang mencurigakan (terduga) dalam pesawat.

Dia enggan merinci keterangannya dengan mengatakan pihak berwenang tengah mempelajari manifes keseluruhan, namun memastikan bahwa FBI telah mengirimkan personelnya ke Malaysia.

"Pada saat bersamaan tim intelijen kami sendiri aktif, dan tentu saja, unit kontraterorisme dari semua negara terkait telah diberi tahu," kata Hishammuddin, namun dia menepis kemungkinan pembajakan.

Jejak CCTV

Seorang pejabat penerbangan sipil Malaysia mengatakan bahwa pihak berwenang sejauh ini masih percaya hanya ada dua penumpang yang menggunakan paspor curian. Pihaknya juga tengah mempelajari rekaman CCTV.

Penerbangan MH370 menggantungkan diri pada sinyal marabahaya (distress), indikasi cuaca tidak bersahabat, atau sinyal bahaya lainnya.

Baik pesawat Malaysia Airlines maupun Boeing model 777-200 menggunakan rute yang memang dikenal punya catatan keamanan tinggi.

Pesawat ini hilang sekitar satu jam setelah lepas landas dari Kuala Lumpur, menuju Beijing.

153 warga China menjadi penumpang pesawat ini, dan pihak keluarga berkemah di luar bandara internasional China menanti kabar nasib anggota keluarga mereka.

"Perusahaan penerbangan itu belum mengontak kami, ada seorang kawan (menjadi penumpang pesawat itu)," kata perempuan paruh baya bernama Nan kepada wartawan.

"Saya tak bisa memahami (kebijakan) perusahaan penerbangan itu. Mereka mestinya mengontak keluarga terlebih dahulu," kata dia.

Malaysia Airlines menegaskan tengah melakukan upaya semaksimal mungkin agar keluarga mendapat informasi karena membingungkannya nasib pesawat tersebut.

Sementara itu para biksu berdoa untuk keselamatan para penumpang hilang di hall bandara Kuala Lumpur, sedangkan pihak maskapai mengumpulkan para keluarga korban di sebuah hotel dekat bandara.

Malaysia Airlines sempat mengungkapkan perasaan terburuknya setelah kapal Vietnam mencapai daerah di mana dua tumpahan bahan bakar pesawat di laut ditemukan.

Pesawat pencari menjelajah lautan namun belum ada kabar lain mengenai pesawat hilang itu, kata Kepala Staf Angkatan Darat Vietnam Vo Van Tuan kepada AFP.

Paspor misterius

Upaya pencarian melibatkan pesawat dan wahana perang dari berbagai negara yang sebenarnya saling bersaing di Laut China Selatan, yaitu China, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

Angkatan Laut AS juga ikut-ikutan mengerahkan pesawat pengawasnya dan juga destroyer USS Pinckney yang sudah mendekati area pesawat hilang, dengan menerbangkan helikopter-helikopternya.

Sebuah kapal penjaga pantai China juga ada di wilayah itu, lapor kantor berita Xinhua.

Sementara dua nama orang Eropa --dilaporkan sebagai Christian Kozel dari Austria dan Luigi Maraldi kebangsaan Italia-- ada dalam daftar manifes penumpang namun kedua orang itu tidak ikut terbang. Keduanya melaporkan bahwa paspor mereka dicuri di Thailand sekitar dua tahun lalu.

Pengungkapan ini muncul setelah ada laporan dua penumpang MH370 dari Kuala Lumpur ke Beijing menggunakan paspor curian Eropa.

China Selatan yang punya kesepakatan kerjasama dengan Malaysia Airlinea, memasukkan seorang Italia dan seorang Austria dalam daftar tiket penumpang untuk penerbangan itu. Tak ada penumpang lain dengan kebangsaan dua negara itu yang terdaftar dalam manifes Malaysia Airlines.

Sementara itu seorang warga China yang nomor paspornya terdaftar di manifes pesawat juga tidak terbang dengan pesawat itu dan masih berada di China, lapor Xinhua.  Tapi orang ini menegaskan parpornya tidak dicuri.

Di Washington, seorang pejabat pemerintah AS mengatakan pihak berwenang mengkhawatirkan paspor-paspor palsu itu namun belum mau mengategorikannya ada indikasi terorisme.

"Kami masih menjejak situasinya," kata sang pejabat kepada AFP.

Sementara itu seorang pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan kepada Los Angeles Times paspor curian bisa digunakan karena memang dicuri atau dibeli dari pasar gelap.

Penerbangan ini membawa 227 penumpang dan 12 awak. Sebuah perusahaan AS yang berpusat di Texas mengatakan 20 pekerjanya menjadi penumpang pesawat hilang itu dengan sebagian besar warga Malaysia dan delapan orang warga China.

Di dalam pesawat ini juga ada 38 warga Malaysia, tujuh warga Indonesian dan lainnya berkebangsaan Australia, India, AS, Belanda dan Prancis.

Jika kecelakaan pesawat itu terkonfirmasi maka akan menjadi kecelakaan pesawat terburuk dalam sekitar 20 tahun terakhir sejarah pesawat Boeing.

Sebuah pesawat Boeing 777-200 yang dioperasikan Asiana Airlines Korea Selatan tergelincir di runway bandara setelah menabrak dam di San Francisco tahun lalu dengan menewaskan tiga orang.

sumber: AFP

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014