Samarra, Irak (ANTARA News) - Sekelompok militan yang membawa senjata berat menyerang rumah seorang pemimpin milisi penentang Al Qaida di daerah sebelah utara Baghdad, Minggu, membunuh istri, dua putra mereka dan satu orang lain, dalam serangan menjelang fajar.

Pemimpin milisi Sahwa setempat Abu Salim tidak sedang berada di rumah pada saat serangan itu, yang melibatkan lebih dari selusin kendaraan dan gerilyawan yang membawa senapan mesin berat dan senjata-senjata lain dan mencederai dua putra mudanya, lapor AFP.

Serangan itu terjadi di Jilam, sebuah daerah pinggiran kota Samarra yang berpenduduk mayoritas Sunni, dan menewaskan istri Salim, dua putra mereka dan satu wanita, kata seorang kolonel polisi dan seorang perwira lain.

Penyerang kemudian meledakkan bom di sekitar rumah itu, yang mencederai dua putra mereka yang lain yang berusia empat dan lima tahun.

Polisi di sebuah pos pemeriksaan terdekat berusaha membalas serangan itu namun gagal dan meninggalkan lokasi kejadian ketika mereka kehabisan amunisi dan bala bantuan yang mereka panggil tidak datang.

Abu Salim adalah pemimpin Sahwa, milisi penentang Al Qaida, untuk daerah Jilam.

Upaya pihak berwenang dalam beberapa bulan ini untuk mengendalikan kekerasan mematikan belum menunjukkan hasil yang berarti sejauh ini.

Lebih dari 700 orang tewas di Irak pada Februari, menurut data yang dihimpun AFP, misi PBB untuk Irak dan pemerintah Irak.

Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.

Sebanyak 1.013 orang -- 795 warga sipil, 122 prajurit dan 96 polisi -- tewas akibat kekerasan di negara itu pada Januari, menurut data resmi yang dihimpun kementerian-kementerian kesehatan, dalam negeri dan pertahanan.

Menurut data itu, kekerasan juga melukai 2.024 orang -- 1.633 warga sipil, 238 prajurit dan 153 polisi.

Pasukan keamanan membunuh 189 militan dan menangkap 458 orang sepanjang bulan itu.

Jumlah kematian pada Januari itu merupakan angka tertinggi yang dikeluarkan kementerian-kementerian itu sejak April 2008, ketika 1.073 orang tewas.

Data korban terkini itu mengkonfirmasi peningkatan kekerasan mematikan di Irak, yang dilanda serangan militan hampir setiap hari dan pengambilalihan sebuah kota penting yang merupakan ambang pintu menuju Baghdad dan daerah-daerah di sebuah kota lain oleh gerilyawan anti-pemerintah.

Tahun lalu merupakan masa paling mematikan di Irak sejak 2008 dimana hampir 9.000 orang tewas, menurut data PBB.

Ketegangan di Irak tinggi tahun ini sejak gerilyawan terkait Al Qaida dan militan Sunni lain menguasai kota Falluja pada 1 Januari.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon menyatakan khawatir atas kekerasan yang terus berlangsung dan mendesak para pemimpin Irak menangani penyebab yang mendasarinya.

Gelombang pemboman dan serangan bunuh diri meningkat di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014