Jakarta (ANTARA News) - Tokoh Islam yang juga pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Abdullah "AA Gym" Gymnastiar mengatakan, perasaan tersinggung kaum Muslimin atas pernyataan salah Paus Benediktus XVI tentang Islam sangat bisa dipahami. Namun, hendaknya kondisi itu jangan direaksi dengan tidak proporsional, yang justru menguntungkan pihak-pihak yang ingin mencitrakan agama Islam identik dengan kekerasan. "Kita tetap harus bersikap proporsional, jernih dan menjadi solusi yang bermanfaat bagi semua pihak agar menjadi pelajaran berharga untuk kebersamaan di dunia ini. Bereaksi dengan sikap yang sangat menjaga akhlak mulia akan sangat membantu menjelaskan kemuliaan akhlak Islam kepada masyarakat dunia yang belum paham tentang Islam," katanya dalam pernyataannya kepada ANTARA News, Minggu. Menurut ulama yang terkenal dengan sapaan Aa Gym itu, reaksi kaum Muslimin yang emosional dan tak proporsional justru merupakan harapan dan akan menjadi santapan empuk pihak-pihak yang ingin mencitrakan Islam sama dengan kekerasan. Ia selanjutnya mengatakan, pernyataan pemimpin tertinggi umat Katholik se-dunia yang menilai sebuah agama tanpa pemahaman yang utuh, apalagi dengan pernyataan yang dapat melukai pemeluknya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana apalagi dalam situasi sensitif seperti sekarang ini. Untuk itu, ia menganjurkan Paus Benediktus XVI mau mengklarifikasi ucapannya itu dengan pernyataan tegas jika "isu tak sesuai dengan pernyataan yang sebenarnya". "Namun bila isu ini benar, maka tak ada salahnya (bagi Paus-red.) untuk meminta maaf bagi umat yang terluka hatinya," katanya. Kontroversi dan reaksi atas Paus Benediktus XVI muncul menyusul pernyataannya dalam kuliah umum di Universitas Regensburg, Bavaria, Jerman, 12 September lalu, dimana Paus menelaah perbedaan Islam dan Kristen secara historis dan filosofis, dan hubungan kekerasan dengan agama. Paus Benediktus XVI kemudian secara implisit menyebutkan keterkaitan Islam dengan kekerasan, khususnya dengan jihad atau perang suci. Paus juga mengutip pernyataan Kaisar Bizantium, Manuel II Palaiologos ((1341-1391) saat berdialog dengan seorang Persia terpelajar yang menyatakan bahwa inovasi yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad adalah kejahatan dan tidak berperikemanusian. "Tunjukkan kepadaku ajaran baru yang dibawa Muhammad, dan Anda bakal menemukan kejahatan dan perbuatan yang tidak berperikemanusiaan, sebagaimana perintahnya menyebarkan ajaran itu dengan pedang," kata Paus mengutip sang Kaisar. Kaisar Manuel II menyatakan hal itu di saat ia sedang gusar akibat kekaisarannya mulai melemah di tengah menguatnya gelombang Islam, di mana Usmaniah (Ottoman) telah mengusai sebagian besar wilayah kekuasaan Kristen Romawi Timur, Bizantium (kini Turki). Reaksi keras umat Islam tidak hanya datang dari Indonesia. Maroko, misalnya, Sabtu (16/9) telah mengumumkan pemanggilan duta besarnya untuk Vatikan untuk konsultasi sehubungan dengan pernyataan menyakitkan Paus Benediktus XVI mengenai Islam. Sebelumnya, Kepala Gereja Katolik Roma itu telah menyampaikan penyesalan yang dalam atas isi pidatonya di Jerman yang melukai perasaan Umat Islam, namun ia tidak menarik ucapannya tersebut, karena alasan ada "salah tafsir" terhadap isi pidatonya itu. Kementerian Luar Negeri Maroko mengatakan Dubes Ali Achour akan ditarik untuk konsultasi mulai Minggu atas instruksi Raja Mohammed VI setelah "pernyataan ofensif mengenai Islam dan Muslim oleh Paus Benediktus XVI ketika berpidato di Universitas Regensburg, Jerman, 12 September lalu".(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006