Sidoarjo (ANTARA News) - Akibat luapan lumpur Lapindo, warga Desa Mindi, Kecamatan Porong, Sidoarjo, tak dapat menjalankan tradisi menjelang bulan puasa, yaitu ziarah ke makam leluhur maupun kerabat, karena makam umumnya terendam lumpur Lapindo setinggi 50 cm. Salah seorang diantaranya, Pitono (35), warga RT 3 RW 16 Desa Mindi, Kecamatan Porong, Kamis menjelaskan, ia datang bersama istrinya Nurul Hidayati (33) serta anaknya Moh Fais (3) untuk berziarah ke makam Mbah Tarimo dan Mbah Ziis. Sesampai di depan makam, ia mengurungkan niatnya berziarah lantaran makam orang tuanya sudah tidak terlihat lagi. "Dua pekan lalu saat saya ke sini untuk menandai makam dengan kayu belum tergenang seperti ini. Tapi sekarang makam telah terendam dan telah banyak kayu tanda tidak terlihat lagi, sehingga saya tidak tahu di mana kira-kira letak makam orang tua saya," ungkapnya, lirih. Dia prihatin, di saat menjelang puasa tradisi berziarah selalu rutin ia lakukan, kini dia tidak bisa lagi berziarah. Dia berharap kepada Lapindo maupun TMMD (TNI Menunggal Membangun Desa), agar segera memompa air yang menggenangi pemakaman umum di Mindi. "Kesempatan berziarah tinggal dua hari (Jumat dan Sabtu). Saya berharap kawasan makam ini dapat dikuras, sehingga besok bisa berziarah," katanya. Tentang adaya usulan dari Pemkab untuk memindahkan makam pada tempat yang telah disediakan, dia keberatan, karena makam orang tuanya telah bertahun-tahun di Desa Mindi. Lagipula sebagian keluarganya juga tidak setuju jika makam orang tuanya dipindahkan. Ada yang mengurungkan niatnya, namun ada pula sebagian warga yang nekat demi keyakinannya. Salah satunya adalah Sugiyanto, warga Lakarsantri Surabaya yang datang bersama adiknya Nanang beserta istri. Dari Surabaya ia datang dengan keyakinan bisa berziarah ke makam orang tuanya, walaupun dalam keadaan banjir lumpur. Persiapan pun ia sediakan, yaitu sepatu karet untuk menuju ke area makam. "Saya telah mendengar dari media bahwa makam Desa Mindi tenggelam, tapi tetap berkeyakinan dapat berziarah ke makam orang tua saya. Dari Surabaya saya beserta keluarga sudah menyiapkan sepatu karet, agar bisa ke makam," ungkapnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006