Jakarta (ANTARA News) - Buku "Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi" yang ditulis Denny JA, PhD, Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI), diharapkan menjadi referensi bagi para calon presiden (capres) Indonesia 2014.

Direktur Yayasan Denny JA (YDJA) Novriantoni Kahar kepada pers di Jakarta, Selasa, mengatakan, buku itu banyak merekam data anti-diskriminasi, sehingga diharapkan menjadi referensi bagi capres nantinya dalam memutuskan kebijakan program anti-diskrimnasi.

"Buku ini memuat data-data kasus diskriminasi di Indonesia yang merupakan hasil riset berkala LSI dan Yayasan Denny JA, maupun data-data perbandingan tingkat diskriminasi dunia," katanya.

Menurut Novriantoni, buku itu juga memotret secara gamblang dan detail berbagai aturan-aturan (Peraturan daerah dan lain-lain) yang dinilai masih "beraroma" diskriminasi.

Namun demikian, katanya, buku itu tak hanya memuat data dan potret diskriminasi di Indonesia, buku ini secara jauh menunjukan jalan (roadmap) cara mengatasi diskriminasi secara bertahap.

Dalam buku tersebut juga dimuat tentang perbandingan tingkat diskriminasi agama di berbagai negara (hal 92). Di Indonesia, tingkat diskriminasi agama masih di angka 35,2 persen yang diukur dari mereka yang tidak mau hidup bertetangga dengan orang berbeda agama.

Tingkat diskriminasi agama paling rendah adalah di negara Swedia (1,3 persen). Paling tertinggi adalah Yordania (43,0 persen). Jika kita melihat rata-rata tingkat diskriminasi di dunia adalah di angka 17,5 persen.

"Dengan data ini menunjukan bahwa, tingkat diskriminasi agama di Indonesia masuk zona berbahaya, dan diatas-rata-rata tingkat diskriminasi dunia," kata Novriantoni.

Dia menambahkan, buku tersebut juga memuat tiga tahap (roadmap) menuju Indonesia tanpa diskriminasi. Tahap pertama atau tahap jangka pendek adalah membatalkan semua Peraturan daerah (Perda) yang diskriminatif.

"Tahap kedua atau tahap jangka menengah adalah penguatan aparat hukum dalam melindungi keberagaman, dan tahap ketiga atau tahap jangka panjang adalah dengan cara penguatan kultur anti diskriminasi melalui civil society dan pendidikan," demikian Novriantoni Kahar.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014