ular memiliki sensor yang sangat peka terhadap hormon yang ada pada manusia yang biasa keluar ketika manusia merasa takut.
Jakarta (ANTARA News) - Ular bukan merupakan pembunuh utama manusia, karena itu manusia tidak perlu merasa terancam terhadap binatang melata tersebut.

"Binatang yang paling banyak membunuh manusia itu sebenarnya bukan ular justru nyamuk sebagai pembunuh manusia terbanyak," ujar Salah satu Direktur Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) Indra Gunawan, di Jakarta, Selasa.

Ular berada di urutan ketiga sebagai pembunuh terbanyak. Di alam liar ular justru takut dengan manusia, mereka akan menyerang karena naluri bertahannya.

Ia mengatakan, keberadaan ular sebagai predator sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem.

Profesor dalam bidang biologi yang banyak meneliti tentang ular, Jatna Supriatna menjelaskan bahwa ular dianggap menakutkan sebenarnya karena training yang salah.

"Kalau manusia berani, sebenarnya binatang yang tidak akan berani pada kita," ujarnya.

Lebih lanjut Jatna menjelaskan bahwa ular memiliki sensor yang sangat peka terhadap hormon yang ada pada manusia yang biasa keluar ketika manusia merasa takut. Pada jenis-jenis ular tertentu, perbedaan suhu udara yang muncul akibat hormon tersebut meskipun hanya 0,01 derajat saja, bisa terdeteksi.

Sehingga ketika karena ketakutannya, manusia menyerang ular, mereka justru akan terkena patuk ular tersebut. "Jangan coba-coba bunuh ular kalau tidak cepat, pasti ular lebih cepat," tambahnya.

Jika manusia sudah terlanjur tergigit ular berbisa, Jatna mengingatkan untuk segera berobat ke dokter tanpa harus panik karena kepanikan justru membuat efek racun ular bertambah parah.

"Karena tidak ada yang mati dalam satu jam setelah gigitan ular. Ular Cobra pun butuh waktu empat sampai lima jam," katanya.

(D016)

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014