Pamekasan (ANTARA News) - Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCI NU) Turki, menggelar konferensi internasional bertajuk "Reinventing Islamic Tradition in Indonesia and Turkey: Historical Roots, Presents Status and Future Projections".

"Konferensi ini sengaja mengundang para pakar Islam dari Indonesia dan Turki untuk mengidentifikasi sejarah kedekatan kebudayaan dan akar tradisi Islam Indonesia-Turki," kata mantan Ketua Tanfidziah PCI NU Turki Labib Syauqi dalam rilis yang diterima Antara, Kamis malam.

Para pakar Islam yang diundang menjadi pembicara dalam konferensi internasional yang digelar PCI NU Turki itu masing-masing Prof Dr Martin Van Bruinessen pakar studi Islam dari Utrect University, Dr Syafiq Hasyim dari Islamic studies lulusan Freie Universitaet Berlin dan Prof Dr Sait Ozervarl, pakar Ottoman Intelectual History dari Yildiz Technical University.

Pembicara Syafiq Hasyim asal Indonesia memaparkan pandangannya tentang demokrasi di Tanah Air, sejak jatuhnya rezin Orde Baru Soeharto, keberadaan Islam modern di Indonesia, hingga kebebasan pers di tanah air.

Sementara pembicara Sait Ozervarli menelisik secara detail tentang sejarah Turki Usmani, dan perkembangannya hingga saat ini. Sedangkan pembicara terakhir Martin van Bruinessen membandingkan Islam di Indonesia dan Islam Turki.

Pembahasan tentang perkembangan Islam di dua negara yang dipandu oleh Dr Altay Atli, peminat kajian Indonesia dari Bogazici University Istanbul itu, menjadi kajian yang sangat menarik audien peserta konferensi, khususnya warga Indonesia yang tinggal di Turki.

Konferensi internasional yang digelar PCI NU Turki di auditoriun Atakent Kultur Merkezi, Istambul, pada tanggal 18 Mei 2014 itu merupakan konferensi internasional pertama oleh PCI NU Turki setelah terbentuk pada tahun 2012.

Duta Besar RI untuk Turki Nahari Agustini hadir juga dalam acara itu dan menyatakan bahwa hubungan kerja sama Indonesia-Turki sudah berlangsung lama, yakni pada abad ke-16 ketika negara itu mengirimkan bantuan perang untuk Aceh.

Selain membahas perkembangan politik dan syiar Islam di dua negara, konferensi internasional yang digelar PCI NU Turki itu juga membahas tentang demokrasi dan nilai-nilai tradisi Islam, dan menyajikan profil organisasi Islam terbesar di Indonesia itu ke masyarakat Turki dengan menggunakan Bahasa Turki.

Sajian materi itu disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Aljazair Ahmad Niam Salim dan intelektual muda NU asal Indonesia, Ahmad Syaerozi.

Usai mengikuti kegiatan, para peserta konferensi itu keesokan harinya, yakni tanggal 19 Mei 2014 mengunjungi beberapa lokasi bersejarah di Istanbul seperti Blue Mosque, Masjid dan Makam Sahabat Nabi Ayyub Al-Ansori dan ke Camlica.

Camlica merupakan sebuah bukit indah dan menjadi tempat wisata di Uskudar, Istanbul, dengan ketinggian 268 meter di atas permukaan laut. Bukit ini merupakan tempat wisata favorit di Istanbul dan selalu menarik minat wisatawan, baik domestik maupun asing. Karena keindahannya, bukit telah menginspirasi banyak penulis untuk menulis lagu dan puisi tentang hal itu.

Menurut Bernando J. Sujibto, mahasiswa S2 asal Indonesia pada fakultas Sosiologi di Selcuk University, Turki, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Turki juga sering berkunjung ke lokasi wisata itu apabila libur kuliah.  (ZIZ/T007)

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014