Peristiwa kekerasan dan perusakan yang terjadi baru-baru ini telah melukai dan mencederai toleransi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selama ini Yogyakarta dikenal sebagai `city of tolerance`,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Gaya hidup penuh toleransi perlu ditegakkan kembali di Daerah Istimewa Yogyakarta agar peristiwa kekerasan dan perusakan tidak terjadi lagi, kata Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta.

"Peristiwa kekerasan dan perusakan yang terjadi baru-baru ini telah melukai dan mencederai toleransi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selama ini Yogyakarta dikenal sebagai city of tolerance," katanya di Yogyakarta, Rabu.

Usai bertemu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, ia mengatakan kekerasan dan perusakan merupakan solusi yang buruk. Apa pun alasannya jika orang sudah melukai dan merusak, maka penegak hukum harus bertindak tegas sesuai dengan aturan hukum.

"Kami juga telah berkomunikasi dengan Paroki Banteng Sleman. Kami minta untuk fokus menangani tiga korban kekerasan tersebut, sedangkan tindakan kekerasan dan perusakan masuk ke ranah hukum sehingga tidak ada kaitannya dengan agama," katanya.

Sultan mengatakan peristiwa kekerasan dan perusakan itu harus segera ditindaklanjuti dan diselesaikan oleh aparat penegak hukum.

"Peristiwa kekerasan dan perusakan itu bukan ranah agama tetapi sudah masuk pelanggaran hukum sehingga pelakunya harus dikenai hukuman sesuai dengan perbuatannya," katanya.

Menurut dia, kekerasan fisik maupun merusak rumah orang lain adalah tindakan pelanggaran hukum yang konsekuensinya mendapatkan sanksi hukum.

"Oleh karena itu, kekerasan dan perusakan itu harus diproses oleh aparat penegak hukum agar keadilan dirasakan oleh mereka yang dirugikan. Jadi, bukan bicara masalah agama," katanya.

Sebuah rumah di kawasan Dusun Sokoharjo, Ngaglik, Sleman, Kamis (29/5) malam diserang sekelompok orang tak dikenal. Mereka merusak rumah dan menganiaya tiga orang hingga menderita luka.

(B015/H008)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014