Jakarta (ANTARA News) - Lima tahun ke depan akan memasuki era emas, yang ditandai dengan semakin berkibarnya industri pariwisata dan kreatif Indonesia di tingkat global sebagai kekuatan baru ekonomi nasional serta akan mengukuhkan kepribadian Indonesia di mata dunia, kata anggota DPR RI dari Fraksi Partai Hanura, Iqbal Alan Abdullah.

Iqbal kepada pers, di Jakarta, Kamis, mengatakan, era emas pariwisata itu berdasarkan catatan (track record) yang sudah ditunjukkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama ini dalam bidang pariwisata dan industri kreatif, serta mengacu kepada kekuatan riil Indonesia saat ini untuk bersaing di panggung dunia.

"Saya sangat yakin pariwisata Indonesia akan memasuki era baru atau era emas yang belum pernah dicapai sebelumnya. Syaratnya harus ada perubahan mendasar dari sisi strategi atau pendekatan. Industri ini harus kita dorong 'full speed'," katanya.

Vice President The Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA) yang juga ketua umum DPP Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) itu menjelaskan pihaknya kini sedang menyusun strategi besar untuk dapat mewujudkan gagasan-gagasan Jokowi-JK ini.

"Seperti kita tahu pariwisata dan industri kreatif ini memiliki daya ungkit yang luar biasa untuk memajukan sektor lain, termasuk dalam rangka strategi besar Indonesia untuk menjadikan Indonesia pemain utama di tingkat regional maupun global," katanya.

Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana mendorong penerimaan wisatawan dan devisa yang meningkat dua kali lipat dari era sebelumnya, menciptakan jutaan lapangan kerja baru, penguatan produk lokal dan pemberian nilai tambah, pengembangan wisata maritime dan MICE, pembaruan dari sisi pemasaran dan promosi, hingga pengembangan dunia usaha pariwisata dan kreatif.

Iqbal menyebut era 2004--2014 sebagai era penting dalam perjalanan pariwisata Indonesia karena berhasil melampaui angka 6 juta wisman yang mengalami stagnasi selama 2 dekade, lalu pada 2013 melompat menjadi 8,6 juta. Tahun 2014 diharapkan akan naik lagi menjadi 9,3 juta. Angka ini akan dipacu memasuki angka pertumbuhan dua digit untuk 10 tahun ke depan, hingga angka mencapai 20 juta wisman pada 2019.

Dari sisi penyediaan lapangan kerja, lanjut Iqbal, industri pariwisata mempekerjakan mulai tenaga kerja dalam kategori skill maupun unskill, dan langsung maupun tidak langsung. Sebagai perbandingan untuk industry Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) saja, kekuatan industri ini jauh melebihi kekuatan industry otomotif di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat.

"Kita juga perlu melakukan penguatan produk lokal kita untuk hotel-hotel, mulai dari produk pertanian seperti sayur dan buah, penggunaan material lokal untuk pembangunan hotel dan akomodasi lainnya, hingga penggunaan mata uang lokal dalam setiap transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI," ujarnya.

Sebagai contoh, menurut Iqbal, hingga kini terus menjadi pertanyaan mengapa Indonesia yang begitu kaya dengan kuliner, dan terkenal dengan keramahtamahannya, tidak bisa menancapkan kakinya di bisnis ini.

Menurut Iqbal, pihaknya sudah memetakan sejumlah persoalan penting untuk mengatasi sejumlah kendala yang ada, antara lain mengenai akses perbankan, SDM, infrastruktur, hingga kerjasama lintas sektor. (*)

Pewarta: B Kunto Wibisono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014