Mataram (ANTARA News) - Wakil Ketua DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), H. Rachmad Hidayat, mengingatkan pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar mewaspadai pergolakan yang hingga saat ini terus melanda Timor Leste. "Indonesia sebagai negara tetangga terdekat Timor Leste, secara langsung atau tidak langsung akan terkena imbas, pemerintah kita perlu mewaspadai pergolakan yang terjadi," katanya kepada ANTARA di Mataram, Rabu. Menurut dia, Indonesia berada pada posisi yang sangat dilematis, karena merupakan negara satu-satunya yang akan dijadikan tempat pengungsian, sebagaimana terjadi sejak puluhan tahun, pada saat wilayah itu di bawah penjajahan kolonial Portugis. Berdasarkan sejarah yang terjadi, pergolakan demi pergolakan di Bumi Lorosae (Matahari terbit, red) sejak Timor Leste di bawah penjajahan Portugis, wilayah Indonesia selalu menjadi tempat penampungan masyarakat mereka. Bahkan hingga saat ini jumlah masyarakat Timor Leste yang masih mengungsi di wilayah Indonesia, termasuk di wilayah NTB, saat ini cukup signifikan. "Karena itu, pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden sekarang harus mewaspadai dan jangan sampai Indonesia ikut menjadi korban," tegasnya. Menjawab pergolakan yang hingga saat ini belum tuntas, Rachmad Hidayat dari Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) menegaskan kejadian seperti bukanlah hal yang baru. Mengacu kepada sejarah yang terjadi selama ini, pergolakan-pergolakan antar warga bukanlah hal yang baru, pergolakan seperti itulah yang menyebabkan kolonial Portugis hengkang pada tahun 1974 disaat terjadi "Revolusi Bunga" di Portugal. Jadi menurut sejarah, masyarakat Timor Leste memang rawan konflik, negara Timor Leste yang baru merdeka harus berhati-hati, jangan sampai bubar kembali. Pengalaman pahit 23 tahun Mengenai adanya suara bahwa Timor Leste harus kembali bergabung dengan Indonesia, karena dilihat dari kultur dan budaya masyarakatnya identik dengan Indonesia, khususnya masyarakat Timor Barat, NTT, Rahmad menyatakan Indonesia harus berhati-hati. Pemerintah Indonesia sudah memiliki pengalaman tentang hal itu, dan hampir 23 tahun Indonesia menerima integrasi masyarakat Timor Timur, hingga kemudian lepas pada tahun 1999. Pengalaman pahit, yang membuat Indonesia terpuruk di mata dunia internasional hendaknya jangan terulang untuk kedua kalinya, rakyat Indonesia cukup sengsara kala itu. Pemerintah Indonesia harus berhati-hati terhadap ramalan-ramalan banyak pihak bahwa solusi mengatasi konflik di negara Timor Leste adalah bersatunya kembali masyarakat Timor Leste dengan saudaranya di Timor Barat. Rahmad mengingatkan pernyataan politik Presiden Xanana Gusmao yang menyatakan bahwa Timor Leste bisa hidup tanpa Indonesia, pernyataan seperti itu tidak perlu terpengaruh, Indonesia harus menghormati kedaulatan mereka. "Kalaupun negara yang baru merdeka itu saat ini mengalami permasalahan kompleks, hingga pasukan perdamaian internasional harus turun tangan, Indonesia tidak perlu terlibat dan cukup mewaspadainya saja," demikian Rachmad Hidayat. (*)

Copyright © ANTARA 2006