Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Promosi Kesehatan (Promkes) Depkes Bambang Hartono, SKM, MSc berhasil meraih gelar doktor bidang ilmu ekonomi dengan yudisium "cum laude" dalam ujian promsoi doktor di Universitas Borobudur Jakarta, Sabtu Sore. Bambang Hartono dinyatakan berhasil mempertahankan disertasinya "Analisis Pencapaian impas Biaya Rumah Sakit Umum (RSU) Pemerintah Dalam Rangka Pelayanan Bagi Masyarakat Miskin" di depan Sidang Senat Guru Besar Universitas tersebut yang diketuai Prof Dr H Buchari Zainun, MPA dan bertindak Promotor Prof Dr H Prijono Tjiptoherijanto dan Ko Promor Prof Dr HM Ahmad Djojosugito. Dalam disertasinya, promovendus menyatakan, dari hasil penelitian terhadap 35 RSU di Jateng selama tahun 2001- 2004, bahwa setiap RS harus menutupi biaya operasional sebesar 95 persennya per tahun untuk pelayanan kesehatan bagi pasien miskin, sedang subsidi dari pemerintah untuk pasien miskin hanya memenuhi lima persen dari biaya operasional tersebut. Dia mengusulkan, pemerintah agar menaikkan subsidi pelayana kesehatan bagi orang miksin dari Rp5000, per bulan saat ini per jiwa menjadi Rp60 ribu per bulan untuk setiap orang miskin, serta menaikkan tarif pelayanan kelurga kaya sebesar 65 persennya, sehinggga biaya operasional pelayanan warga miskin yang rata-rata setahun Rp1,5 miliar dapat terpenuhi. "Kenaikan tarif pelayanan kesehatan bagi pasien keluarga kaya diperlukan sebagai subsidi silang bagi biaya perawatan keluarga miskin. Setiap dokter juga dianjurkan memberikan resep yang rasional yakni obat bermutu dan murah," katanya. Bambang juga menyarakan kepada pemerintah khususnya Depkes agar membuat pedoman yang menekankan pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di RS, menerapkan cakupan asuransi kesehatan dan berbagai macam peraturan tentang subsidi pemerintah agar tidak jatuh ke swasta dan pengendalian pengadaan peralatan RS yang mahal. Dia menyarankan kepada pemerintah kabupaten/kota agar tidak menjadikan RSUD sebagai sebagai perusahaan komersial dan pendapatan asli daerah (PAD), karena konsumen terbesarnya adalah masyarakat miksin yang harus disubsidi. "Jika belum mampumemberikan subsidi penuh, maka dicarikan bentuk subsidi silang antara pasien dari kelurga kaya dan miskin." ujarnya. Dia menambahkan, untuk mewujudkan sistem subsisi silang, maka RSU pemerintah harus lebih banyak mengupayakan peningkatan volume penjualan jasa kepada kelompok masyarakat mampu dengan jalan mengubah citra melalui peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Bambang Hartono yang lahir di Purbalingga, Jateng, 28 Februari 1949 itu menamatkan SD, SMP, SMA di Banjarnegara, Jateng (1961-1967), lulus Sarjana Muda dari Akademi Penilik Kesehatan Jakarta (1972), lulus S-1 dari FKM-UI (1978), lulus S-2 (MSc) dari Univesitas Ohio, AS (1983) dan meraih gelar doktor (S-3) bidang ekonomi dari Universitas Borobudur Jakarta (2006).(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006