Jakarta (ANTARA News) - Pemanasan global sudah dirasakan Indonesia dengan naiknya permukaan laut 0,8 cm per tahun yang berdampak pada tenggelamnya pulau-pulau Nusantara hampir satu meter dalam 15 tahun ke depan. "Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi pihak yang sangat merasakan dampak pemanasan global ini perlahan tetapi pasti jika tak diatasi sejak sekarang," kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup bidang Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Masnerliyati Hilman, di Jakarta, Kamis. Indikasi pemanasan global lain yang begitu jelas dirasakan misalnya kenaikan suhu yang ekstrem beberapa waktu belakangan ini, misalnya suhu di Kalimantan yang biasanya sekitar 35 derajat Celcius naik menjadi 39 derajat Celcius. Di Sumatera yang biasanya berkisar pada 33-34 derajat naik menjadi 37 derajat, dan di Jakarta yang biasanya 32-34 naik menjadi 36 derajat Celcius, ujarnya. Selain itu, ujarnya, terjadi juga pergeseran iklim dari yang seharusnya Juni 2006 sudah musim kemarau, malahan Kalimantan dan Sumatera masih mengalami banjir besar dan bulan September yang seharusnya sudah dimulai musim hujan bergeser mulai November. Data dampak pemanasan global lainnya misalnya mencairnya glasier di Pegunungan Himalaya, meningkatnya frekuensi badai di Kepulauan Pasifik Selatan, pemutihan karang secara massal dan berdampak pada kematian di Great Barrier Reef Australia, berkurangnya persediaan air bersih di Sungai Mekong dan lain-lain, Pemanasan global itu, ujarnya, akibat meningkatnya kegiatan manusia yang terkait dengan penggunaan bahan bakar fosil, kegiatan melepas emisi (gas rumah kaca) dan menyebabkan tertahannya radiasi Matahari dalam atmosfer Bumi ditambah lagi dengan penebangan hutan. Menyambut Konferensi Tahunan PBB ke-12 tentang Perubahan Iklim, yang akan berlangsung di Nairobi, Kenya, pada 6-17 November 2006, Nelly mengatakan pihaknya dari KLH akan hadir bersama delegasi Indonesia lainnya dari Dephut, Departemen ESDM, Deplu, Berbagai LSM dan lainnya. Konferensi Para Pihak dijadwalkan akan dihadiri 150 negara itu dimaksudkan untuk menjaga konsistensi upaya internasional dalam menekan laju perubahan iklim dan menekan dampak ekstrem perubahan iklim. Kementerian LH sendiri, ujarnya, sudah mempersiapkan program mitigasi, seperti mengupayakan penurunan gas rumah kaca dengan upaya penanaman pohon dan mengembangkan program Clean Development Mecanism (CDM), serta kerjasama pengurangan emisi dan penggunaan energi terbarukan dengan pihak swasta. Juga program adaptasi pemanasan global, seperti hemat energi, hemat air, penyesuaian pola tanam, riset-riset penyakit dan lain-lain. (*)

Copyright © ANTARA 2006