Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah segera melibatkan pihak perguruan tinggi di tujuh daerah dalam kegiatan surveilans (pengamatan) aktif terhadap infeksi virus flu burung (Avian Influenza/AI) guna memperkuat sistem yang sudah ada di Departemen Pertanian (Deptan) dan Departemen Kesehatan (Depkes). Bayu Krisnamurthi, Ketua Pelaksana Harian Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa dalam dua pekan terakhir ini Kelompok Kerja (Pokja) Komnas di Bogor, Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin dan Padang, menjalin kerjasama dengan universitas setempat untuk memperkuat pengamatan aktif tersebut. "Mereka akan menjadi mitra komisariat daerah dalam menyediakan dan menyebarkan informasi tentang flu burung kepada masyarakat," katanya. Bulan November dan Desember 2006, kata dia, perguruan tinggi di tujuh daerah tersebut juga akan mulai dilibatkan dalam kegiatan pengamatan aktif di daerah yang bersangkutan. "Mereka akan diturunkan untuk melakukan penelitian, mengambil sampel dan melakukan penelitian lanjutan terhadap kasus yang muncul di daerah," jelasnya. Ia pun menjelaskan, penguatan kegiatan pengamatan dilakukan, agar kasus dugaan infeksi virus flu burung H5N1 bisa ditemukan dan ditangani sedini mungkin, sehingga risiko akibat penyakit infeksi yang sebagian besar ditularkan oleh unggas itu dapat diminimalkan. Selama ini, ia mengungkapkan, rata-rata kasus flu burung baru ditangani lima hari setelah on-set (awal infeksi), padahal obat anti-virus yang ada saat ini (oseltamivir/tamiflu) hanya bekerja efektif bila digunakan maksimal 48 jam setelah infeksi. "Rata-rata kasus flu burung ditangani sekitar 5,7 hari setelah on-set, belum bisa turun hingga di bawah lima hari, padahal kalau bisa maksimal dalam dua hari sudah ditangani," ujarnya. Sejak Juli 2005 hingga awal November 2006, menurut dia, tercatat 72 kasus positif infeksi virus flu burung pada manusia, dan 55 kasus diantaranya mengakibatkan kematian atau Case Fatality Rate/CFR = 76,4%. Kasus-kasus tersebut dilaporkan di sembilan provinsi dari 30 provinsi di Indonesia yang berisiko tinggi menjadi daerah terjangkitnya flu burung, yakni Banten, DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Sementara itu, menuruty dia, kasus flu burung pada unggas dilaporkan cenderung mengalami penurunan, dalam enam bulan terakhir kasus flu burung pada unggas tidak dilaporkan terjadi di 14 provinsi dari 30 provinsi yang beresiko tinggi menjadi daerah jangkitan flu burung. "Dari 216 kabupaten di provinsi yang endemis, 154 kabupaten diantaranya sudah berhasil diturunkan resikonya. Tidak ada laporan dari pemerintah daerah maupun media tentang kasus baru yang muncul di sana," demikian Bayu Krisnamurthi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006