Palembang (ANTARA News) - Warga Kota Palembang, Sumatera Selatan, mengeluhkan harga cabai merah keriting di sejumlah pasar tradisional dalam dua hari belakangan yang mencapai Rp65.000 per kilogram, atau naik tajam dibandingkan dengan awal pekan lalu yang Rp40.000.

"Harga cabai merah keriting ini naik sejak beberapa hari lalu dari Rp40.000 per kg dan terakhir Selasa pagi menjadi Rp65 ribu per kg," kata Ny Minah, warga Kelurahan 7 Ulu Palembang, Selasa.

Ia mengatakan sejak harga cabai naik tajam timbul kebingungan, karena cabai dibutuhkan untuk pelengkap menu makan setiap hari.

Rifin (36), pedagang di pasar tradisional Kelurahan 7 Ulu mengatakan kenaikan harga cabai tersebut akibat sedikitnya pasokan barang dari petani di daerah itu.

Menurut dia, kenaikan harga tersebut selain karena pasokan kurang lancar, juga jumlahnya jauh berkurang dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

"Sehingga tidak berimbang dengan permintaan konsumen yang cenderung meningkat," katanya.

Kenaikan harga cabai merah keriting di daerah tersebut, kata dia, karena sedikitnya pasokan barang dari petani dan pengaruh musim kemarau saat ini. Saat ini, mulai berakhir musim panen cabai.

Selama musim kemarau, sebagian petani gagal panen karena tanaman cabai banyak yang mati.

Ia mengatakan daya beli warga, sejak harga naik tajam, kondisinya masih seperti biasa.

"Hanya saja konsumen mengurangi jumlahnya. Kalau biasanya membeli 2,5 ons, kini hanya satu ons saja," katanya.

Menurut Rifin, cabai merah merupakan kebutuhan yang setiap hari harus dipenuhi warga sehingga walau harga tinggi tidak mengurangi minat pembeli, hanya jumlah pembeliannya dikurangi.

Harga jenis sayuran lainnya, cenderung stabil, seperti tomat di tingkat pedagang pengecer paling tinggi Rp8.000 per kg, sawi antara Rp5.000 hingga Rp4.500 per kg, selada Rp5.000, terong panjang Rp5.500, bawang merah Rp17 ribu, kol gepang dan wortel tanpa daun, masing-masing Rp5.000.

Pantauan Antara di sejumlah pasar tradisional di Kota Palembang, sebagian pedagang sayuran menyediakan stok cabai merah keriting dalam jumlah terbatas.

Pewarta: Muhammad Suparni
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014